Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali Ir. I Dewa Made Buana Duwuran,MP mengatakan, kebijakan revitalisasi bidang pengolahan dan pemasaran hasil untuk mengupayakan perbaikan mutu hasil olahan komoditas perkebunan.
"Oleh sebab itu pembangunan komoditas perkebunan daerah Bali khususnya kakao dimasa mendatang dipusatkan pada kegiatan pengolahan berbasis unit pengolahan hasil (UPH) sebagai industri perdesaan skala ekonomi kecil," kata Kadisbun Bali Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar Selasa.
Ia menyebutkan, bimbingan teknis (Bintek) penyusunan dokumen sistem mutu komoditas kakao penting dilakukan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk kakao yang selama ini masih perlu diperbaiki untuk menyongsong pasar bebas.
Bali sebagai daerah kunjungan pariwisata, banyak menerima wisatawan mancanegara, beberapa di antara mereka ada yang berprofesi sebagai pengusaha, sehingga ada peluang untuk memasarkan hasil perkebunan seperti kopi, kakao, vanili dan sebagainya.
Buana Duwuran mengatakan, kakao hasil perkebunan rakyat Bali semakin gencar memasuki pasar ekspor bahkan dalam perolehan devisanya mampu menyalip hasil perdagangan kopi yang sudah menjadi mata dagangan tradisional yang dikapalkan ke luar negeri.
Sementara Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali mencatat perolehan devisa dari perdagangan kakao ke pasar internasional mencapai 327.748 dolar AS Januari-Februari 2015 atau naik 92 persen dari perioda sama 2014 hanya 170.822 dolar.
Perolehan devisa sebesar itu atas pengapalan sebanyak 46,7 ton selama dua bulan I-2015 bertambah, jika dibandingkan periode yang sama 2014 hanya 16,7 ton, dengan tujuan utama Amerika Serikat, Australia dan Jerman.
Ia mengakui kakao produksi petani daerah ini baru mulai memasuki pasar ekspor, tentu dalam jumlah masih terbatas yakni dalam belasan ton per bulan dan semakin lancar perdagangan itu diharapkan produksi petani semakin baik dan menerima harga yang bagus.
Masuknya kakao ke pasar ekspor menyebabkan perolehan devisa dari sektor perkebunan Bali mencapai 431.228 dolar selama Januari-Februari 2015, atau bertambah 16,48 persen, jika dibandingkan hasil perdagangan periode yang sama sebelumnya hanya 370.188 dolar.
Bali selain kakao juga memperdagangan kopi hasil petikan petani setempat sebanyak 1,4 ton bernilai 93 ribu dolar dan vanili 250 kg seharga 10.000 dolar selama dua bulan I-2015, jadi kakao meraih devisa terbesar di antara hasil perkebunan Bali. (WDY)
Bali Tingkatkan Mutu Hasil Perkebunan
Selasa, 19 Mei 2015 14:48 WIB