Denpasar (Antara Bali) - Rektor Institut Hindu Dharma Indonesia (IHDN) Denpasar Prof Dr I Nengah Duija, MSi menegaskan, keris sebagai pusaka Indonesia telah mendapat pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia memiliki nilai filosofis yang tinggi.
"Nilai filosofi itu meliputi pengejawatahan kekuatan suprastruktur (semesta), nilai kosmologis dan nilai kewibawaan," kata Rektor IHDN Denpasar Prof Nengah Duija di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, keris juga memiliki nilai estetika sebagai pelengkap kostum, adat, budaya dan seni, disamping memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena mempunyai nilai jual sesuai dengan kualitasnya.
Keris Indonesia, termasuk Bali mendapat pengakuan sebagai karya agung warisan dunia dalam berbagai dimensi kehidupan manusia yakni sebagai kesenangan (hobi) dan kelengkapan pelaksanaan ritual Hindu.
Selain itu juga menunjukkan keunggulan budaya, karena keris merupakan produk kebudayaan sebagai lambang peradaban umat manusia di muka bumi yang mampu bertahan cukup lama mencapai berabad-abad.
Prof Nengah Duija menambahkan, keris juga mencerminkan nilai persahabatan (solidaritas) karena dapat digunakan sebagai cenderamata lintas budaya, bangsa dan agama.
Adanya pengukuhan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) terhadap keris Indonesia sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia memerlukan upaya pelestarian dan memelihara kelangsungan keris tersebut.
Masyarakat Bali hingga kini menjunjung tinggi makna dan nilai sakral dari sebilah keris dan menggelar ritual bertepatan dengan Hari Tumpek Landep yang dirayakan setiap 210 hari sekali, khusus melakukan persembahan suci untuk segala jenis benda yang tajam seperti keris dan senjata pusaka.
Tumpek Landep bagi umat Hindu kali ini jatuh pada hari Sabtu (16/5) untuk memohon keselamatan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Dewa Senjata atau peralatan dari bahan besi, logam, perak dan emas. (WDY)