Denpasar (Antara Bali) - Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof. Dr. Wayan Windia mengkhawatirkan, alih fungsi lahan pertanian di Bali yang terus berlanjut tanpa upaya mengendalian yang tuntas akan menimbulkan banyak masalah.
"Bagaimana jadinya wajah alam Pulau Bali, kalau semua petani mengalihfungsikan lahan sawahnya, lalu di lahan itu dibangun berbagai bangunan beton," kata Prof Windia yang juga guru besar Fakultas Pertanian Unud di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, kondisi demikian akan mengakibatkan biaya yang cukup besar untuk mengendalikan banjir, mencegah erosi, membersihkan udara, dan dana untuk mengimpor bahan makanan, serta berbagai implikasi sosial lain, yang mungkin saja bisa muncul.
Di Bali saat ini luas sawah telah terkonversi sekitar 750-1000 hektare per tahun. Sawah yang masih ada sekitar 81.000 hektare. Banyak subak-subak di Bali sudah lenyap, karena tidak memiliki lahan sawah.
Berkurangnya luas sawah sebesar itu, menandakan bahwa Bali telah kehilangan beras sekitar 6000 ton/tahun. Sementara itu penduduk Bali terus meningkat bahkan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung tumbuh 4-5 persen/tahun.
Penduduk Bali tercatat hampir empat juta jiwa, sementara turis yang datang ke Bali juga mendekati empat juta orang per tahun. Semua mereka itu memerlukan makan, minum, dan ingin selalu melihat pemandangan alam yang teduh.
Windia mengingatkan, semua itu kini sudah tidak lagi dapat dilayani dan dipenuhi oleh alam Bali. Alam Bali sudah rusak berat, ditandai dengan kemacetan lalu lintas di mana-mana, intrusi air laut, banjir, tindak pidana dan danau terkontaminasi.
Jadi, rusaknya sawah dan subak di Bali, tidak saja berpengaruh pada ketersediaan bahan makanan, pemandangan alam, dan media kultural. Namun juga berpengaruh terhadap semakin berkurangnya minat wisatawan asing datang ke Pulau Dewata.
Namun yang paling penting adalah semakin berkurangnya referensi tentang keteladanan, demokratisasi, harmoni-kebersamaan, dan persatuan-kesatuan bangsa.
Semua itu sejatinya adalah nilai-nilai yang merupakan tulang punggung jati diri bangsa Indonesia.
Rusaknya sawah dan subak di Bali, tampaknya akan berpengaruh nyata pada eksistensi kebudayaan Bali, ujar Prof Windia. (WDY)
Alih Fungsi Lahan Timbulkan Banyak Masalah
Minggu, 3 Mei 2015 17:30 WIB