Jakarta (Antara Bali) - Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas membahas pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini, usai kunjungannya ke Aceh pekan lalu.
"Setelah melakukan kunjungan ke daerah, Presiden Jokowi ingin mengetahui kondisi rupiah yang melemah saat ini," ujar Menteri Kordinator Perekonomian Sofyan Djalil usai melakukan pertemuan terbatas di Kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Selasa. "Deputi senior Bank Indonesia (BI) menjelaskan apa yang terjadi dengan rupiah belakangan ini. Dan saat ini rupiah tercatat sebagai mata uang nomer lima terparah di seluruh dunia," tambah Sofyan.
Pelemahan rupiah saat ini berbeda jika dibandingkan dengan pelemahan pada 1998. Saat itu persoalannya berada di dalam negeri, namun kali ini masalahnya datang dari luar. Namun, Sofyan menambahkan, jika dibandingkan dengan mata uang lain seperti euro, rupiah justru menguat, karena kondisi keuangan AS yang terlalu bagus.
Menurut Sofyan, AS akan menaikkan suku bunga Juli mendatang, karena sejak terkena krisis keuangan pada 2008, AS menggelontorkan dolar dengan jumlah yang begitu besar ke pasar sebagai usaha menstimulir mata uangnya di seluruh dunia, yang diantaranya masuk ke Indonesia.
Ada pula usaha jangka pendek yang akan dilakukan pemerintah untuk menyikapi pelemahan rupiah ini, di antaranya dengan mempercepat investasi, mempermudah bisnis, membereskan semua perizinan yang ada masalah serta menyelesaikan kendala investasi supaya tetap berjalan. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan insentif pajak kepada perusahaan-perusahaan asing yang menanamkan kembali dividennya ke Indonesia.
Kehadiran Menko Perekonomian Sofyan Djalil di Istana Merdeka untuk menghadiri rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo guna membicarakan hasil kunjungannya ke Lhokseumawe dan Sabang, Aceh pekan lalu. Selain Sofyan, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga hadir dalam rapat dengan Presiden Joko Widodo bersama deputi senior BI dan Dirjen Pajak. (WDY)