Jakarta (Antara Bali) - Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta
dan Direktur Pusat Studi Politik Indonesia Ubedilah Badrun menilai
bidang politik dan keamanan menjadi titik lemah dalam 100 hari
pemerintahan Presiden Joko Widodo sehingga perlu diperbaiki.
Ubedilah
berpendapat kebijakan politik pemerintahan Joko Widodo terlihat
dari pengangkatan menteri di Kabinet Kerja masih transaksional sehingga
dalam 100 hari pemerintahan tidak semua menteri mampu bekerja efektif.
"Khusus
untuk Menkopolkam perlu dievaluasi karena membuat pernyataan yang
berpotensi memicu kegaduhan misalnya, menyebutkan munas Golkar di Bali
tidak aman dan pernyataannya tentang aksi 'Save KPK' itu rakyat yang
'tidak jelas' sehingga menimbulkan reaksi keras dari berbagai kalangan,"
kata Ubedilah ketika diwawancarai melalui surat elektronik di Jakarta,
Selasa.
Dalam hal pemberantasan korupsi Ubedilah juga meragukan
kinerja pemerintah karena mengajukan calon tunggal Kapolri yang
berstatus tersangka serta tidak cepat bertindak ketika institusi KPK dan
Polri terseret ke arena politik.
Ubedilah mengatakan Presiden Joko Widodo wajib mengevaluasi kinerja menteri yang berkinerja buruk.
Di
sisi lain, Direktur Pusat Studi Politik Indonesia tersebut memuji satu
kementerian di pemerintahan Joko Widodo karena dinilai berani mengambil
kebijakan dan cepat bekerja pada 100 hari pertama.
"Kementerian Kelautan dan Perikanan nilainya baik karena kebijakan
menenggelamkan kapal asing, moratorium kapal besar, dan program seribu
kapal untuk nelayan baik untuk Indonesia," kata Ubedilah.(WDY)
100 Hari Jokowi, Politik Keamanan Perlu Diperbaiki
Selasa, 27 Januari 2015 20:34 WIB