Jakarta (Antara Bali) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui
adanya kemungkinan pemerintah kembali menurunkan harga premium maupun
solar pada Februari, mengikuti perkembangan harga minyak dunia yang
sedang mengalami kelesuan.
"Kemungkinan (harga premium dan solar) bisa turun, karena kita
memakai penghitungan bulan lalu yang sekarang muncul di tingkat retail,"
katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Menkeu menjelaskan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) tersebut
sangat dimungkinkan, setelah pemerintah menggunakan skema penetapan
harga terbaru yang bisa mengevaluasi harga premium dan solar setiap
bulannya.
Berdasarkan skema baru tersebut, pemerintah memastikan untuk
mencabut subsidi bagi premium, serta masuk dalam kategori BBM khusus
penugasan bukan subsidi dan BBM umum yang harganya mengikuti harga
keekonomisan.
Sementara, solar masih diberikan subsidi tetap Rp1.000 per liter dan
masuk dalam kategori BBM tertentu yang diberikan subsidi, karena
pemerintah menganggap solar masih dibutuhkan oleh masyarakat kurang
mampu dalam menjalankan aktivitasnya.
Dengan adanya skema ini, maka harga premium dan solar ditetapkan
mengikuti perkembangan harga minyak dunia dan penghitungannya telah
disesuaikan dengan formula sesuai harga dasar ditambah Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
Namun, penghitungan harga solar dikurangi subsidi sebesar Rp1.000
per liter dan untuk harga premium khusus penugasan ditambah biaya
pendistribusian di wilayah luar Jawa Madura Bali sebesar dua persen dari
harga dasar.
Untuk premium umum non subsidi, penetapan harga terendah dan
tertinggi ditambah margin badan usaha paling rendah lima persen dan
paling tinggi sepuluh persen dari harga dasar, dengan PBBKB ditetapkan
pemerintah daerah serta berlaku di Jawa Madura Bali.
Melalui skema tersebut, maka harga terbaru BBM premium RON 88 baik
yang BBM khusus penugasan maupun BBM umum nonsubsidi ditetapkan sebesar
Rp7.600 per liter, dan harga solar bersubsidi menjadi Rp7.250 per liter.
Penghitungan harga baru premium dan solar pada Januari 2015 ini
dilakukan memakai asumsi rata-rata harga minyak ICP per bulan sebesar 60
dolar AS per bulan, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rata-rata
sebesar Rp12.380.
Sebelumnya, harga premium bersubsidi adalah Rp8.500 per liter dan
solar bersubsidi sebesar Rp7.500 per liter. Penetapan harga BBM
bersubsidi waktu itu masih mengikuti pola lama, yaitu memberikan subsidi
sesuai untuk barang.
Sementara, harga minyak kembali turun di perdagangan Asia, pada
Rabu, ke tingkat terendah dalam lima setengah tahun, di tengah
kekhawatiran tentang gejolak global baru atas krisis politik di Yunani,
kata para analis.
Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk
pengiriman Februari, turun 28 sen menjadi 47,65 dolar AS, sementara
minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari, turun 31 sen menjadi
50,79 dolar AS di perdagangan sore.
"Rumor keluarnya Yunani dari zona euro, dengan yang lain cenderung
mengikutinya, kemungkinan lebih memperlemah permintaan minyak," kata
Direktur Editorial Penyedia Informasi Energi Platts, Shailaja Nair.
Nair menambahkan harga minyak dunia diperkirakan akan tetap rendah
karena berlimpahnya pasokan global serta tidak adanya tanda-tanda
petunjuk terjadinya pengurangan dalam menghadapi permintaan yang
melemah.
"Arab Saudi tidak menunjukkan indikasi sebagai pihak yang akan
memangkas produksi, sementara permintaan minyak dari Tiongkok, India dan
zona euro tetap rendah," katanya.
Harga minyak mentah telah kehilangan lebih dari setengah nilainya
sejak Juni 2014 karena pasokan global yang melimpah dan perlambatan
pertumbuhan di negara ekonomi utama dunia, telah mengurangi permintaan
atas komoditas tersebut. (WDY)
Menkeu Akui Kemungkinan Penurunan Harga BBM Lagi
Rabu, 7 Januari 2015 20:59 WIB