Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menilai penguatan kurs Rupiah terhadap dolar AS sebanyak 1 poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.197 per dolar AS didorong oleh intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valuta asing (valas).
Meskipun demikian, tren pergerakan kurs Rupiah masih dinilai tidak stabil alias volatile.
“Rupiah sejak pembukaan pasar bergerak dengan volatile yang tinggi. Adapun penguatan 1 (poin) rupiah karena intervensi BI di pasar valas untuk mempertahankan rupiah,” jelas Rully saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Kurs Rupiah hari ini diperkirakan berkisar Rp16.050-Rp16.180 per dolar AS
Menimbang beragam faktor pemengaruh, Rully memproyeksikan ke depan pergerakan kurs rupiah masih cenderung volatil. Hal ini utamanya dipengaruhi oleh indeks dolar AS serta imbal hasil (yield) obligasi AS yang terus bergerak dengan tren meningkat.
“Untuk besok pergerakan rupiah masih dengan volatilitas yang tinggi karena indeks dolar dan yield obligasi AS terus bergerak dengan tren meningkat. Apalagi data PMI non manufaktur akan rilis nanti malam yang diperkirakan akan mengalami kenaikan,” ujarnya.
Adapun hari ini (3/1) kurs rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta dibuka melemah 32 poin atau 0,20 persen menjadi Rp16.230 per dolar AS, kemudian ditutup menguat 1 poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.197 per dolar AS.
Selain itu, berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat sore turut menguat ke level Rp16.217 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.236 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah pada Selasa pagi naik jadi Rp16.180 per dolar AS