Nusa Penida (Antara Bali) - Tenun Cepuk Rangrang, hasil kerajinan skala rumah tangga yang diwarisi masyarakat Nusa Penida, sebuah pulau yang terpisah dengan daratan Bali, kembali menggeliat, karena sebelumnya hanya untuk kelengkapan ritual keagamaan masyarakat setempat.
"Tenun Rangrang yang disakralkan kini mulai diproduksi masyarakat secara besar-besaran sebagai cindera mata bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke daerah itu," kata Ketua Kelompok Industri Tenun Wanangun Asri, Desa Pakraman Karang, Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Wayan Sukertha, Senin.
Ia mengatakan, tenun Cepuk Rangrang menggunakan motif kain tenun hasil karya warga setempat yang mulai dipromosikan kepada masyarakat luas.
"Nenek moyang kami ratusan tahun silam, sudah menyimpan harta karun, yaitu kain tenun bernama Cepuk Rangrang. Cepuk rangrang hanya dipakai saat upacara keagamaan saja," ujar Sukerta.
Tenun Cepuk Rangrang berasal dari kata Cepuk dan Rangrang atau disebut kain bolong-bolong. Cepuk bolong-bolong (lubang) ini merupakan simbol transparansi.
Industri dari kelompok tersebut mulai berkembang berkat bantuan dan dukungan dari Bank Indonesia sebagai pembina dan antusiasme tinggi masyarakat Desa Pejukutan sejak empat tahun silam..
"Motif tenun Cepuk Rangrang ini simbol dari transparansi, yang hanya biasa digunakan untuk upacara keagamaan saja, Trasparansi tersebut disimbulkan dengan ketulusan hati dalam melakukan persembahan atau yadnya," katanya.
Masyarakat setempat ingin menampilkan produk industri yang menjadi matadagangan andalan, namun selama ini terkendala dengan modal dan syukur mendapat pembinaan dari BI sejak empat tahun lalu.
Tenun Cepuk Rangrang memiliki ciri khas, pada lembaran kain tenun terdapat ruang-ruang kecil berlubang. Sementara, motifnya juga berbeda dengan tenun-tenun hasil karya masyarakat di kabupaten lainnya di Bali.
Selain desain berlubang dan motif yang berbeda, warnanya pun juga lebih cerah dari tenun lainnya. Tenun Cepuk Rangang didominasi warna merah, orange dan ungu.
Pemilihan bahan warna bisa menggunakan bahan kimia atau bahan alami terbuat dari daun, buah dan akar-akaran pohon kayu tertentu, yang terdapat di daerahsekitar Pulau Nusa Penida.
Harga tenun itu bervariasi, selendang dihargai Rp 100.000 hingga Rp200.000 per lembar. Sedangkan kain tenun yang lebar dijual antara Rp 400.000 hingga Rp 1,2 juta per lembar, Satu selendang yang berukuran 60cm kali 200cm bisa dihasilkan selama 2-3 hari. (WDY)
Perajin Tenun Cepuk Rangrang Kembali Mengeliat
Senin, 8 Desember 2014 14:42 WIB