Denpasar (Antara Bali) - Guru besar Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia mengingatkan, petani Bali perlu diberdayakan dengan melibatkan tenaga pendampingan untuk menghasilkan produk bernilai ekonomis tinggi.
"Petani dan nelayan umumnya hidup miskin, lebih-lebih dengan adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadikan beban mereka lebih berat dalam memenuhi kebutuhan hidup keseharian," kata Prof Windia yang juga ketua pusat penelitian subak Unud di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, petani dengan tenaga pendampingan dapat diarahkan untuk mengembangkan tanaman yang mempunyai ekonomis tinggi, sehingga produk yang dihasilkannya dapat diperdagangkan.
"Mereka perlu dididik untuk mengembangkan sayuir-mayur dilahan sempit, namun memperoleh hasil yang lumayan besar," ujar Prof Windia.
Hal lain yang tidak kalah penting dengan tenaga pendampingan itu, petanidapat diarahkan untuk beternak, memelihara ikan dan mengembangkan usaha produktif lainnya.
Prof Windia menambahkan, dengan berbagai upaya itu mereka akan mampu menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sekaligus pemerintah tidak perlu mengimpor kebutuhan sehari-hari yang menguras devisa.
Hal yang tidak kalah penting lainnya, pajak bumi dan bangunan (PBB) yang selama ini besarnya mencekik petani harus dipatus dan Undang-Undang tentang PBB harus direvisi.
Prof Windia mengingatkan, setiap kebijakan pemerintah menaikkan BBM selalu menimbulkan gejolak yang berlangsung sekitar tiga bulan.
Setelah itu akan timbul keseimbangan baru dalam bidang ekonomi. Masalahnya apakah kenaikan harga dan inflasi dapat dikendalikan secara optimal.
"Kalau dapat, maka tugas pemerintah akan lebih ringan dalam menangani dampak negatif dari kenaikan BBM," ujar Prof Windia. (WDY)