London (Antara Bali) - Indonesia menekankan pentingnya konektifitas Asia-Eropa pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Europa ke-10 (KTT ASEM10) yang tahun ini mengangkat tema "Responsible Partnership for Sustainable Growth and Security".
KTT diikuti oleh 41 Kepala Negara Asia dan Eropa yang berlangsung di Milan, Italia, Minister Counsellor KBRI London, Nindarsari Utomo mengatakan dalam pernyataan tertulis kepada Antara London, Minggu.
Presiden Dewan Eropa Herman van Rompuy memimpin KTT ASEM10 yang juga dihadiri oleh Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, sebagai tuan rumah KTT ASEM10, dan oleh mitra ASEM yang baru yaitu Kazakhstan dan Kroasia.
Herman mengatakan saat ini Asia dan Eropa perlu memperkuat dialog dan kerja sama, khususnya terkait konflik di Ukraina, Afrika dan Timur Tengah yang dampaknya mulai dirasakan oleh dunia internasional.
Dikatakannya Eropa sendiri masih menghadapi banyak tantangan setelah diterpa krisis keuangan. Eropa terus berjuang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengatasi pengangguran.
KTT ASEM10 yang berlangsung selama dua hari (16-17 Oktober) menghasilkan "Chair's Statement" yang berisi hasil pembahasan Kepala Negara/Pemerintahan antara lain mengenai upaya peningkatan kerja sama untuk memperkuat konektivitas Asia dan Eropa, peningkatan kemitraan Asia-Eropa dalam menghadapi berbagai tantangan global, peningkatan kerja sama di bidang ketenagakerjaan,pendidikan, serta sosial dan budaya.
Para Kepala Negara dan Pemerintahan mitra ASEM membahas upaya kerja sama dalam mengatasi ancaman keamanan tradisional dan non-tradisional, menanggulangi penyebaran penyakit menular Ebola, dan membahas perkembangan di Eropa, Asia, dan Timur Tengah.
Duta Besar Dian Triansyah Djani, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa, selaku Ketua Delegasi RI, menekankan pentingnya kemitraan antara Asia dan Eropa dalam menghadapi tantangan dunia dewasa ini termasuk tantangan pembangunan dan pencapaian kemakmuran bersama.
Disampaikan perlunya bekerja sama untuk, antara lain, agenda pembangunan paska 2015 yang perlu memberikan perhatian pada upaya pengentasan kemiskinan dan pembangunan manusia selain menindaklanjuti hasil paket Bali pada Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9 di Bali.
Selain itu perlindungan terhadap pekerja migran perlunya komitmen dalam pengurangan emisi gas rumah kaca, kerja sama dalam pencegahan penyakit menular, khususnya Ebola, menangani krisis di Timur Tengah, dan memajukan kerja sama bi-regional ASEM untuk meningkatkan konektivitas Asia dan Eropa.
ASEM merupakan forum dialog dan kerja sama antara Asia dan Eropa yang dibentuk pada tahun 1996 saat ini ASEM terdiri dari 53 mitra dari kawasan Asia dan Eropa, termasuk dua institusi regional yaitu Sekretariat ASEAN dan Uni Eropa.
Kedua kawasan ini mewakili sekitar 50 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dunia, 60 persen populasi dunia, dan 60 persen perdagangan internasional.
Pertemuan berikutnya KTT ASEM ke-11 akan diselenggarakan di Mongolia pada tahun 2016, demikian Nindarsari Utomo. (WDY)