Denpasar (Antara Bali) - Perajin Bali tetap berkreasi memproduksi tas dari berbagai jenis dan bentuk dengan rancangan sesuai perkembangan zaman dan kemudian dijual dengan harga yang terjangkau kebanyakan masyarakat.
"Tas buatan perajin Bali yang tidak laku untuk pasar luar negeri, pasti terjual kepada pelancong dalam negeri yang datang secara musiman ke daerah ini," tutur Murniati, pedagang aneka kerajinan daerah di Denpasar, Rabu.
"Kami memproduksi tas dari berbagai jenis anyaman seperti pandan, bambu, kain yang dipadukan dengan monte-monte, bordiran, bahkan ada rancangan yang dibawa sendiri dari rekan bisnis luar negeri," kata dia.
Krisis ekonomi bagi konsumen di negara maju belum pulih seratus persen merupakan salah satu penyebab perdagangan ekspor khusus tas sebagai barang cendera mata masih sepi, namun tetap semarak bagi konsumen dalam negeri.
Tas jenis Rara biola, tas kipas kecil coklat berukuran lebar atas 45 cm, lebar bawah 22 cm, tinggi 27 cm, dan ketebalan tas 9 cm dengan hahga rata-rata Rp100.000 per biji dan itu semua terjangkau kebanyakan konsumen.
Kepala Seksi Ekspor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Putu Bagiada SE mengakui, realisasi perolehan devisa dari perdagangan khusus tas dari daerah ini di awal 2010 melorot hingga 65 persen.
Ekspor tas selama Januari-Mei 2010 hanya tercatat 60 ribu pcs bernilai 120.658 dolar AS, baik volume maupun nilainya berkurang jika dibandingkan periode sama 2009 mencapai 727 ribu pcs seharga 342.816 dolar.
Ia menyebutkan, perajin tampaknya tidak terlalu surut dalam berproduksi tas dari berbagai jenis dan ukuran yang dipersiapkan untuk memasuki pasar ekspor, sebab dunia pariwisata semakin cerah terakhir ini.
Dunia parwisata berpengaruh terhadap usaha kerajinan di Bali termasuk perdagangan tas dan ini pula menyebabkan nilai ekspor aneka barang kerajinan Bali naik 24 persen dari 65 ribu dolar menjadi 81 dolar awal 2010.
Aneka kerajinan Bali dipasarkan sedikitnya kepada 77 negara di dunia namun yang terbesar dikapalkan kepada konsumen Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Australia serta negara Asia lainnya, tutur Bagiada.(*)
