Denpasar (Antara Bali) - Sebagian besar sungai di Bali telah tercemar aneka macam limbah domestik dan nondomestik sehingga mengakibatkan terjadinya sidementasi dan mempengaruhi kualitas air yang menjadi keruh.
"Sungai di Bali sekitar 70 persen sudah tercemar limbah, baik berasal dari pabrik maupun masyarakat di sekitar sempadan sungai hingga adanya perubahan daerah aliran sungai (DAS). Ini masalah yang harus dihadapi," kata Dr Ir I Wayan Arthana MS, ketua panitia seminar lingkungan hidup Indonesia di Kampus Pascasarjana Univesrotas Udayana di Denpasar, Kamis.
Dari berbagai penelitian dan hasil monitoring Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), yang mengambil objek sungai-sungai di Pulau Dewata, diketahui secara umum telah mengalami proses sedimentasi.
Ia menyebutkan mulai Sungai Ayung dan Sungai Kedewatan, Gianyar misalnya, kondisinya mulai tercemar oleh limbah yang berasal dari pembangunan vila-vila di sekitar sempadan sungai.
"Di hulu sungai ada beberapa perkebunan jeruk yang tidak menerapkan sistem terasiring sehingga penggunaan pupuk kimiawinya larut ke sungai dan menjadikan airnya berubah keruh," paparnya disela sela seminar yang diselenggarakan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI).
Hal tak jauh beda disampaikan Alex Abdi Kholik, pengurus IATPI yang menyebutkan bahwa solusi untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat yang digagas sejumlah daerah dikenal SARBAGITA (Denpasar, Gianyar, Badung, Gianyar dan Tabanan), juga menemukan masalah di kedua sumber mata air proyek tersebut.
Menurut Abdi Kholik, dua sumber mata air andalan, yakni Tukad Petanu dan Tukad Penet yang diharapkan bisa memproduksi air sebanyak 300 liter per detik, kondisinya saat ini juga tercemar.
Karena kedua sungai yang akan menjadi sumber mata air proyek tersebut tercemar logam berat sehingga harus diselesaikan masalah tersebut terlebih dahulu sebelum melanjutkan proyek besar itu.
"Kita melihat ada indikasi tercemar diantaranya dari industri tekstil yang menggunakan logam berat sehingga mencemari sungai," ucap Abdi Kholik disela seminar yang dihadiri berbagai kalangan akademisi dan peneliti dari berbagai daerah di Indonesia.
Dengan melihat kondisi sungai di Bali yang mulai tercemar seperti oleh logam berat, ia berharap masalah tersebut bisa segera diselesaikan sehingga proyek Sarbagita bisa dilanjutkan.
Dalam seminar yang merupakan kerja sama IATPI dan Unud tersebut, menurut Priana Soejono, panitia lainnya, memaparkan 150 makalah penelitian ilmiah yang dipresentasikan dalam seminar.
Seminar yang mendatangkan Profesor Tamu Tasaku Tanaka dari Yamauchi University, Jepang itu, dimaksudkan untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi persoalan lingkungan di Indonesia.
"IATPI merupakan organisasi profesi harus bisa menjadi mitra strategis pemerintah dalam upaya mengatasi persoalan sanitasi dan lingkungan hidup," tandas Ketua Umum IATPI Ir Budi Yuwono Msc. (*)
Sungai di Bali Tercemar Logam Berat
Kamis, 29 Juli 2010 17:43 WIB