Sosok tubuh gemulai itu bergerak lincah di atas panggung mengikuti irama gamelan, instrumen musik tradisional Bali yang mengiringinya.
Olah gerak tubuh yang disertai ekspresi jiwa itu, mampu menyuguhkan keindahan dan keanggunan yang serasi dengan busana tari Bali yang dikenakan.
Ni Putu Suardani, wanita kelahiran Banjar Abianjero Desa Ababi, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, daerah ujung timur Pulau Bali, 1 Januari 1949, ketika masih remaja memiliki keahlian dan karisma dalam mementaskan berbagai jenis tari maupun memainkan instrumen gamelan Bali.
Wanita yang belajar tari Bali sejak usia dini itu sanggup menguasasi aneka jenis tari Bali dengan sempurna, sehingga tidak mengherankan sejak remaja mendapat kesempatan pentas di berbagai tempat.
Sosok yang akrab disapa Jero Mangku Putu itu kini masuk nominasi penerima penghargaan pengabdi seni dari Pemerintah Provinsi Bali bertepatan dengan pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXVI tahun 2014 yang berlangsung sebulan penuh, 13 Juni-12 Juli 2014.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Ketut Suastika menuturkan, pihaknya melakukan seleksi terhadap seniman berprestasi dari delapan kabupaten dan satu kota di daerah ini untuk mendapat penghargaan dalam bidang seni.
Tim yang melakukan seleksi tersebut beranggotakan utusan dari instansi terkait dalam bidang seni dan budaya. Masing-masing pemerintah kabupaten/kota sebelumnya telah mengusulkan sejumlah senimannya yang dinilai mempunyai prestasi dan pengabdian dalam bidang seni dan budaya yang menonjol pada masanya.
Tim tingkat provinsi menyeleksi mana-nama yang dikirim oleh masing-masing kabupaten/kota, didasarkan atas prestasi, dedikasi, dan pengalaman dalam bidang memajukan seni budaya di Bali, khususnya di daerah masing-masing.
Jero Mangku Putu sebelum dinobatkan sebagai pemimpin kegiatan ritual itu dengan senang hati mengajar dan melatih tari para remaja putri yang kelak menjadi kader dan penerus tari Bali.
Istri dari I Gede Suputra itu antara lain pernah melatih sekaa kesenian di sejumlah Desa di Kecamatan Kubu tahun 1963.
Selain itu melakukan hal yang sama di sejumlah desa di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem tahun 1966, menyusul Desa Tegallinggah tahun 1967. Demikian pula melatih generasi muda di tempat kelahirannya Banjar Abianjero Desa Ababi sejak tahun 1963 hingga tahun 2011.
Luar Bali
Jero Mangku Putu, ibu dari dua putra-putri itu ketika masih remaja juga pernah melatih tari Bali di Tanjung Pura, Kabupaten Kerawang, Jawa Barat selama setahun 1982-1983. Sosok wanita yang selalu tampil enerjik itu juga menekuni seni sastra, merangkai janur, serta mengumandangkan ayat-ayat suci agama Hindu (tembang).
Ibu dua anak masing-masing I Gede Mulyada dan I Made Widiata berhasil melatih belasan sekaa kesenian tersebar di desa-desa Bali timur, dengan anak binaan mencapai ratusan orang, sekaligus penerus seni budaya Bali, khususnya bidang tari.
Wanita yang enerjik pada usia senjanya itu dengan senang hati mewariskan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya itu kepada siapa saja yang berminat, baik anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua, sehingga telah berhasil mencetak ratusan bahkan ribuan seniman baik tabuh dan tari Bali.
Pembinaan terhadap sekaa kesenian Bali, terutama yang paling menonjol di sejumlah desa di Kabupaten Karangasem, Bali timur.
Keahliannya itu juga ditularkan kepada ibu-ibu anggota PKK desa setempat dan sejumlah desa lainnya. Anggota PKK hasil binaannya sering tampil dalam memeriahkan berbagai kegiatan seni, termasuk tampil dalam Pesta Kesenian Bali (PKB), aktivitas seni tahunan yang digelar setiap tahun secara berkesinambungan.
Penampilan dengan gaya dan kemampuan yang tidak kalah menarik dengan penabuh pria, sehingga setiap pementasan yang melibatkan sekaa kesenian wanita mendapat perhatian besar dari penonton.
Selain melatih anggota PKK dan masyarakat umum, wanita berpenampilan sederhana itu juga menciptakan tari, sebagai wujud tanggung jawab, pengabdian terhadap seni dan masyarakat.
Sosok wanita yang masih enerjik pada usia senjanya itu hingga sekarang masih melatih generasi penerus dalam bidang tari Bali. "Dengan seni tari saya bisa beryadnya pengorbanan secara tulus iklas, yakni menari di Pura saat upacara piodalan tanpa imbalan," tuturnya. (WDY)