Jakarta (Antara Bali) - Ketua Serikat Pekerja Bank BTN Satya Wijayantara mengkhawatirkan
rencana akuisisi BTN akan mengancam keberlangsungan Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) bersubsidi.
"Selama ini bank yang peduli menyalurkan KPR melalui fasilitas
likuiditas pembiayaan perumahan, hanya BTN, sedangkan bank lain lebih
suka menyalurkan KPR komersial," kata Satya usai orai penolakan akuisisi
BTN, di Jakarta, Minggu.
Pada Minggu (20/4), ribuan karyawan BTN melaksanakan apel dalam
rangka penolakan terhadap rencana Kementerian BUMN yang telah memberikan
dukungan kepada Bank Mandiri untuk mengakuisi saham BTN.
Kementerian BUMN telah melayangkan surat izin prinsip untuk
penyelenggaraan RUPS dengan agenda mengambilalih saham dwiwarna di Bank
BTN jelas hal ini bertentangan dengan kesepakatan politik dengan DPR-RI
yang menetapkan BTN sebagai bank tunggal dan berdiri sendiri.
Satya mengatakan, apel yang berlangsung di kantor pusat BTN Harmoni
diikuti seluruh karyawan tidak hanya di kantor pusat dan tetapi juga
cabang-cabang diberbagai daerah sebagai bentuk sikap untuk menolak
rencana Kementerian BUMN sesuai PP No. 28 tahun 1999 tentang
pelaksanaan konsolidasi, merger, dan akuisisi bank yang menyebutkan
perlu adanya sikap dari karyawan maupun direksi.
Satya mengatakan, SP BTN juga berencana akan menggelar unjuk rasa
melibatkan seluruh karyawan saat penyelenggaraan RUPS yang dijadwalkan
21 Mei 2014.
Kementerian BUMN beralasan melalui akuisisi maka
asset Bank Mandiri akan meningkat sehingga menjadi bank besar yang mampu
bersaing di regional bahkan internasional, sedangkan BTN sebagai anak
usaha diharapkan dapat meningkatkan program perumahan untuk rakyat.
Padahal, kata Satya, tidak ada di negara manapun bank memiliki anak
usaha yang bergerak di sektor yang sama karena tidak efisien kecuali
anak usaha itu merupakan bank syariah.
Satya mengatakan, rencana akuisisi ini memunculkan suasana
kekhawatiran kehilangan pekerjaan bagi karyawan BTN, serta adanya dugaan
mempermainkan saham BTN melalui berbagai isue semacam itu.
Apabila pada tahun 2013 status direksi BUMN sengaja dibuat tidak
jelas sehingga harga saham BTN anjlok sampai Rp800, kemudian pada April
2014 sengaja dibuat isue akuisi sehingga harga saham terkerek sampai
Rp1.200, ungkap Satya.
Satya mengatakan, SP Bank BTN menolak rencana akuisisi atau merger
dengan Bank Mandiri karena keduanya memiliki mazhab berbeda, Mandiri
bank corporate sedangkan BTN bank retail sehingga kalau dipaksakan
penggabungan itu akan berpotensi gagal dan menimbukkan PHK.
Satya juga menunjuk pernyataan yang menyesatkan dengan menyebutkan
BTN akan mengalami kesulitan apabila memasuki pasar bebas, padahal
selama ini tidak ada bank asing yang mampu untuk membiayai rumah rakyat. (WDY)
Akuisisi BTN Ancam Keberlangsungan KPR Bersubsidi
Minggu, 20 April 2014 20:50 WIB