Denpasar (Antara Bali) - Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar Dr Gede Sedana menilai, petani menikmati harga yang wajar atas produk pertanian yang dihasilkannya menjadi insentif sehingga mereka tetap tertarik untuk menggeluti bidangnya.
"Insentif yang paling pokok bagi petani adalah harga produk yang dihasilkan laku dengan nilai yang wajar," kata Dr Gede Sedana di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, petani memperoleh harga produk yang dinilainya layak, sehingga harga itu akan selalu menjadi insentif bagi mereka untuk berusahatani.
Oleh sebab itu harga yang diterima petani harus mampu memberikan selisih yang cukup dengan seluruh biaya usahatani yang dikeluarkannya.
Gede Sedana menambahkan insentif yang sangat penting artinya bagi petani, adalah disediakannya kebijakan asuransi pertanian.
Kebijakan tersebut dapat membantu petani meringankan beban, jika mereka mengalami gagal panen sebagai akibat kekeringan, banjir, serangan hama penyakit dan musibah lainnya.
Dalam sistem agribisnis padi lokal di kawasan subak di wilayah Desa Sudaji Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali utara itu pemerintah perlu memberikan insentif.
Subak-subak di Desa Sudaji Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng sejak dulu hingga sekarang memiliki potensi besar dalam pengembangan padi lokal dan kualitasnya (rasa) sudah dikenal konsumen secara meluas.
Namun beras yang bermutu dihasilkan petani itu mengalami kesulitan dalam bidang pemasaran, karena harganya jauh lebih mahal dibanding jenis beras dari padi unggul lainnya.
Padahal harga padi atau beras lokal yang mahal merupakan sesuatu yang wajar karena kualitasnya lebih bagus. Jika ditinjau dari aspek sistem agribisnis padi ada salah satu subsistem agribisnis yang kurang berjalan secara maksimal, tutur Gede Sedana. (WRA)
Petani Nikmati Harga Wajar Jadi Insentif
Minggu, 20 Oktober 2013 17:11 WIB