Denpasar (ANTARA) - Operator Bus Trans Metro Dewata (TMD) menegaskan bahwa transportasi publik itu bukan lah pesaing pelaku usaha lokal seperti sopir pariwisata di Bali.
Hal ini disampaikan Manajer Trans Metro Dewata Ida Bagus Eka Budi di Denpasar, Kamis, merespons usulan Fraksi Demokrat-Nasdem DPRD Bali yang ingin rute Bandara I Gusti Ngurah Rai dihentikan karena kebanyakan dimanfaatkan wisatawan dan rute Monkey Forest yang diklaim sepi peminat.
“Kami tidak mendata jumlah pengguna dari sisi wisatawan, seharusnya jika mereka (DPRD) tahu konsep layanan, Bus TMD bukan lah pesaing pelaku usaha transportasi pariwisata,” kata dia.
“Di Indonesia tidak ada regulasi yang membedakan tarif bagi masyarakat dan wisatawan pada angkutan massal perkotaan, sehingga siapa saja bisa naik tanpa dibedakan,” sambungnya.
Rute dari dan ke Bandara I Gusti Ngurah Rai sendiri merupakan salah satu rute yang tinggi penggunanya, tak hanya wisatawan, masyarakat Bali pengguna bandara juga memanfaatkan transportasi publik bertarif Rp4.400 itu sehari-hari.
Begitu pula rute Monkey Forest, Eka Budi menegaskan banyak masyarakat maupun wisatawan yang memanfaatkan rute tersebut terutama akhir pekan sehingga penumpang selalu melonjak di hari Sabtu dan Minggu.
“Koridor II dari dan menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai selama September 2025 saja penumpangnya 31.112 orang, hampir setara rute Terminal Pesiapan dan Politeknik Negeri Bali atau rute kampus,” ujarnya.
Operator Bus TMD menegaskan artinya dalam sehari rata-rata 1.000 penumpang menggunakan layanan ini, sehingga jika dihentikan akan terdampak bagi mereka.
Begitu pula dengan rute Monkey Forest, dimana selama September saja sebanyak 23.450 penumpang memanfaatkan bus atau rata-rata 781 penumpang harian.
“Rata-rata harian seluruh koridor 4.500 penumpang, untuk rute bandara dua bulan terakhir sudah stabil penumpangnya harian 1.000 orang tiap hari, sedangkan Monkey Forest Ubud tiap akhir pekan lebih tinggi bisa 900 orang tiap akhir pekan,” kata Eka Budi.
Oleh karena itu menurut operator tidak tepat jika rute Bandara I Gusti Ngurah Rai dan Monkey Forest dihentikan, justru sebaiknya Pemprov Bali menambah kelengkapan transportasi publik berupa penanda titik henti, angkutan pengumpan, dan lokasi parkir untuk semakin menambah minat masyarakat menggunakan transportasi publik.
Salah satu pengguna Bus TMD rute Bandara I Gusti Ngurah Rai dan Monkey Forest Ubud bernama Pradnya (24) juga menolak jika usulan Fraksi Demokrat-Nasdem DPRD Bali itu diwujudkan Pemprov Bali.
Sebab, itu adalah satu-satunya transportasi publik murah yang disediakan Pemprov Bali yang selama ini digunakannya jika harus keluar dari bandara atau ke pura di daerah Ubud.
Ia membantah jika rute tersebut sepi penumpang, sebab beberapa kali gadis asli Bali tersebut harus mengantri bus berikutnya akibat penuh sesak.
“Saya pakai Bus TMD karena murah, pernah pakai ojol dari bandara sampai Rp200 ribu sedangkan bus Rp4.400, kalau dihentikan sayang sekali karena kalau alasannya merugikan sopir pariwisata lokal kan yang butuh tidak cuma wisatawan, ada pekerja, pelajar, orang sakit, yang kebetulan rutenya sama,” kata dia.
Pun juga jika dipakai wisatawan menurutnya hal yang normal, seperti halnya ketika warga Indonesia berlibur ke luar negeri, mereka juga bisa menggunakan transportasi publik setempat untuk beraktivitas.
