Singaraja, Bali (ANTARA) - Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Mpu Kuturan Singaraja, Bali menggemakan program literasi digital di kalangan pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Seririt sebagai upaya mewujudkan generasi muda yang cerdas dan kreatif.
"Program ini adalah bagian dari pengabdian masyarakat secara mandiri yang dilaksanakan oleh dosen-dosen Prodi Ilmu Komunikasi Hindu sebagai wujud tanggung jawab kami sebagai akademisi," kata Ketua Panitia Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat Program Studi Ilmu Komunikasi Hindu IAHN Mpu Kuturan I Gusti Ngurah Aan Darmawan di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Kamis.
Dia mengatakan beberapa manfaat program literasi digital di sekolah, yakni siswa belajar memilah informasi yang valid dan menghindari hoaks, misinformasi, serta disinformasi yang banyak tersebar di internet.
Selain itu, membentuk karakter siswa agar bijak, sopan, dan bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial serta platform digital lainnya.
Literasi digital, katanya, juga membuka ruang bagi siswa untuk menjadi kreator konten yang edukatif, inspiratif, dan mencerminkan nilai-nilai lokal serta budaya bangsa.
Pada pelaksanaan program tersebut, pihaknya juga mendampingi minat dan bakat siswa pada dunia jurnalistik dan kehumasan. Para siswa dilatih dalam berbagai kegiatan pengembangan, seperti upaya membangun citra positif sekolah di media sosial, menulis berita, dan mengkreasikan video dan podcast.
"Antusias anak-anak sangat baik. Apalagi di sekolah ini sudah ada tim media dan kelompok siswa peminat kehumasan, berita, dan juga podcast. Kami hanya menguatkan dari segi teknisnya agar karya yang dihasilkan nanti makin baik," ujarnya.
Ia mengatakan kegiatan literasi digital ini bagian dari pengabdian kepada masyarakat yang terintegrasi dengan tri dharma perguruan tinggi dan akan rutin dilaksanakan dengan menyasar lembaga pendidikan di daerah dengan sebutan "Pulau Dewata" itu.
“Kami ingin mendorong generasi muda utamanya mereka yang ada di jenjang sekolah agar tidak hanya menjadi konsumen media, tetapi juga mampu menjadi kreator konten yang cerdas, beretika, dan membangun,” ujarnya.