Denpasar (ANTARA) - Rektor pertama Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S, MA tutup usia pada Selasa (16/1) dini hari pukul 01.25 Wita di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya, Kota Denpasar, Bali.
"Kami seluruh civitas akademika ISI Denpasar sangat merasa kehilangan atas berpulang Guru Besar Etnomusikologi Prof Dr I Wayan Rai S, MA," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan "Kun" Adnyana di Denpasar, Selasa.
Prof Dr I Wayan Rai S, MA atau yang akrab disapa Prof Rai pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar pada 2002-2003. Kemudian Penjabat Rektor ISI Denpasar pada 2003-2004 dan Rektor ISI Denpasar 2004-2012.
Dosen lulusan University Maryland Baltimore Country (UMBC) itu hingga kepergiannya masih aktif mengajar di Fakultas Seni Pertunjukan dan Pascasarjana ISI Denpasar.
"Bahkan kemarin masih ke kampus juga. Saya atas nama pimpinan dan sivitas akademika ISI Denpasar Denpasar menyampaikan bela sungkawa dan duka cita mendalam," ujar Kun Adnyana.
Prof Rai, ujar Kun Adnyana, merupakan sosok akademisi seni yang mumpuni. Pria kelahiran Ubud, Kabupaten Gianyar pada 26 Mei 1955 itu telah banyak melahirkan karya seni, makalah dan penelitian di tingkat lokal Bali, nasional dan internasional.
Peraih penghargaan seni Dharma Kusuma tahun 2022 dari Pemerintah Provinsi Bali itu juga dikenal sebagai seorang etnomusikolog, komposer dan peneliti musik bangsa-bangsa.
"Prof Rai merupakan sosok senior dalam bidang etnomusikologi. Karya tulis yang dihasilkan dijadikan rujukan oleh peneliti etnomusikologi di Indonesia, seperti konsep musikal dan ekstramusikal," ucap mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu.
Selain itu, kata Kun Adnyana, dalam pendirian Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua, Prof Rai S sangat berperan karena sekaligus sebagai rektor pertama kampus tersebut.
Sementara itu, I Gde Agus Jaya Sadguna, anak pertama Prof Rai mengatakan sebelum ayahnya berpulang tidak ada riwayat sakit.
"Beliau meninggal tadi jam 01.25 Wita. Meninggalnya karena ada cairan di paru-paru yang berlanjut pada henti jantung," ujarnya.
Agus menyampaikan ayahnya meninggal dunia di RSUD Wangaya Denpasar dalam usai 68 tahun dan saat ini jenazahnya masih dititipkan di RS. Rencananya jenazah akan dibawa pulang ke kediaman di Angantaka, Kabupaten Badung pada Ahad sore tanggal 21 Januari 2024.
Untuk prosesi kremasi akan dilaksanakan di Krematorium di Punduk Dawa, Kabupaten Klungkung, pada 23 Januari 2024.