Denpasar (ANTARA) - Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Bali IGW Samsi Gunarta menyebut nantinya bus merah Trans Metro Dewata akan tetap beroperasi meskipun Bali akan segera memiliki kereta cepat Light Rail Transit (LRT).
“Iya (tetap beroperasi) ini harus saling mendukung, saling dukung antara Trans Metro Dewata dengan LRT,” kata dia di Denpasar, Jumat.
Hal ini ia sampaikan ketika ditanya alasan Bali mengembangkan LRT padahal bus Trans Metro Dewata belum maksimal menggaet minat masyarakat.
Rencananya, bus berwarna merah tersebut akan tetap beroperasi dan dikembangkan, sehingga akan terkoneksi dengan kereta cepat di titik pemberhentian tertentu.
“Kalau tidak saling support, LRT tidak dapat muatan, jadi Trans Metro akan dapat muatan dari LRT, begitu sebaliknya. Nanti Trans Metro akan terkoneksi sangat kuat dengan LRT di Central Parkir,” ujar Samsi.
Baca juga: Pemda Bali targetkan pelabelan 20 persen angkutan pariwisata
Menurutnya, memilih pengembangan moda transportasi LRT dibanding memaksimalkan Bus Trans Metro Dewata seperti menambah armada, rute, dan layanan, sudah menjadi pertimbangan panjang Pemprov Bali.
Kedua transportasi umum itu nantinya akan dikembangkan bersama-sama, yaitu membangun kereta dibarengi dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan dari bus.
Bus pemerintah itu sendiri diketahui mampu menampung hingga 40 penumpang, dan LRT dapat menampung 300 penumpang, namun tahap pengembangan kereta masih pada fase uji kelayakan.
“LRT di saya posisinya masih feasibility study jadi kita mengejar agar selesai secepat mungkin untuk bisa memenuhi kriteria kesiapan untuk bisa dibiayai,” ujarnya.
Baca juga: Dishub Bali: Hasil studi kelayakan untuk tentukan harga tiket LRT
Rencananya, jalur kereta akan membentang dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, hingga Central Parkir Kuta, kemudian berlanjut hingga Canggu.
“Kita minta percepat (uji kelayakan) karena kalau lambat bisa repot 2024, karena perintah Menteri Luhut dan arahan Presiden jelas jadi mau tidak mau mendorong bagaimana agar cepat,” sambung Kepala Dishub Bali.
Menurutnya penggunaan moda transportasi ini tidak terburu-buru, apalagi melihat kemacetan yang terjadi di sejumlah ruas jalan di Pulau Dewata, karena selama ini yang luput dari pikiran adalah wisatawan yang datang dengan pesawat namun di Bali tidak memiliki kendaraan.
“Ini kan yang kita tidak perhitungkan, jadi kita jangan menghitung orang Bali saja, hitung juga orang yang datang ke Bali. Wisman jumlahnya itu bisa mencapai 6 juta per tahun, kemudian kedatangan wisdom sampai 8 juta per tahun jadi jumlah ini harus diakomodir,” tutup Samsi.