Badung (ANTARA) -
Hasil studi kelayakan yang akan menentukan besaran harga tiket bagi pengguna kereta cepat Light Rail Transit (LRT) yang akan dikembangkan di Bali, kata Kepala Bidang Multi Moda Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali I Kadek Mudarta.
Ia menyampaikan hal itu di Kabupaten Badung, Rabu, menanggapi keterangan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan yang sedang mempertimbangkan untuk memasukkan harga tiket 1 dolar sampai 2 dolar AS atau sekitar Rp15.500-Rp31.000 ke penumpang.
“Belum bisa berkomentar tentang harga karena itu harus benar-benar dihitung dari studi kelayakan, lalu survei kelemahan dari pengguna itu belum ada hitungan yang pasti, bisa jadi lebih murah atau mahal dari itu (1 sampai 2 dolar AS) kita kan belum lihat nanti tergantung infrastrukturnya,” kata Mudarta.
“Kalau memang infrastrukturnya (LRT) di bawah tanah tentu harganya lebih tinggi, kemudian tergantung asumsi jumlah pengguna, pasti mempengaruhi besaran harga tiket,” sambungnya.
Sampai sekarang Dishub Bali belum bisa menghitung harga tiket untuk penggunaan LRT, lantaran proses studi kelayakan belum berakhir.
Baca juga: Menko Luhut targetkan LRT Bali bisa mulai pada awal 2024
Saat ini proses studi kelayakan masih berjalan pada fase 1B atau rute Central Parking Kuta menuju Seminyak, sementara target pembangunan proyek ini sepanjang 20 km yaitu dari Bandara I Gusti Ngurah Rai-Central Parking Kuta-Seminyak-Canggu.
“Dari studi kelayakan nanti yang akan menentukan lewat mana saja, tapi titiknya Central Parking sampai Seminyak salah satu dari bagian yang panjang. Itu subjek studi kelayakan yang menentukan harga tiket,” ujar Mudarta.
Kepada media, ia menjelaskan bahwa dalam tahap studi kelayakan selain menentukan area yang dilewati juga akan dikaji lintasan yang digunakan, baik melalui bawah tanah, permukaan darat, atau melayang.
Namun, untuk konsep lintasan di atas permukaan dirasa tidak memungkinkan di Bali karena tingginya dapat melebihi areal suci, dan lintasan permukaan juga sulit karena dibutuhkan alternatif lahan.
Sehingga paling memungkinkan adalah bawah tanah, tetapi ada potensi kombinasi antara bawah tanah dengan permukaan.
Baca juga: Studi kelayakan LRT di Bali selesai pada 2023
“Misalnya bandara sampai Central Parking kelihatannya kalau melayang tidak memungkinkan, kalau Central Parking sampai Seminyak kalau memungkinkan bisa jadi kombinasi permukaan dengan bawah tanah,” tutur Mudarta.
Ia menegaskan bahwa pengembangan LRT di Bali sendiri bertujuan untuk mengurai kemacetan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, lantaran menurut perhitungan pada 2027 mendatang Bali akan kedatangan 27 juta penumpang.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan seusai rapat terbatas Integrasi Transportasi Publik di Istana Merdeka, Jakarta, juga menyampaikan harapannya agar awal 2024 peletakan batu pertama pembangunan LRT di Bali bisa berlangsung.
Oleh sebab itu Presiden Jokowi sudah memerintahkan jajaran menteri agar melakukan studi lanjutan untuk LRT dari Bandara Ngurah Rai ke Seminyak, atau kemungkinan hingga ke Canggu.
“Dari lapangan terbang sampai ke Seminyak dan kalau perlu nanti terus sampai ke Canggu itu 20 kilometer, dan nanti kita sedang pertimbangkan memasukkan harga tiket 1 dolar AS, 2 dolar AS, setiap penumpang pakai tidak pakai, sehingga dengan pembiayaan publik juga akan bisa jalan," kata Luhut.