Singaraja (ANTARA) - Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja, Bali menginisiasi rumah moderasi beragama di kalangan mahasiswa kawasan Bali utara bekerja sama dengan Kesbangpol Kabupaten Buleleng, Acarya Media Nusantara, dan Indika Faundation.
"Gagasan kegiatan kolaborasi ini sebagai upaya memperbanyak forum diskusi di kalangan lintas agama di Kabupaten Buleleng," kata Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja Komang Agus Widiantara di Singaraja, Selasa.
Ia mengatakan rumah moderasi mahasiswa merupakan gerakan toleransi di kalangan mahasiswa lintas agama di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng untuk pengembangan kapasitas mahasiswa terkait dengan moderasi beragama dan sebagai wujud menjaga kerukunan dan toleransi menjelang Pemilu 2024.
Konteks moderasi beragama yang dimaksud, kata dia, membentuk dan membangun cara pandang beragama secara moderat dan toleran bagi mahasiswa lintas agama, khususnya mahasiswa di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) dan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja.
Baca juga: STAHN MPU Kuturan pentaskan Ladrak di Pesta Kesenian Bali
Program tersebut melibatkan mahasiswa lintas iman yang sedang melanjutkan perkuliahan. Program ini merespons kondisi dan potensi intoleransi di Kota Singajara, khususnya bagi mahasiswa pendatang (non-Hindu) sekaligus membuka ruang dialog dengan mahasiswa lokal (Hindu).
"Kami memiliki harapan ada penguatan pemahaman hidup berdampingan, merajut nilai toleransi dan moderasi beragama sesuai dengan kehidupan multikultur di Kabupaten Buleleng," kata dia.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Buleleng Komang Kappa Tri Aryandono mengatakan moderasi beragama merupakan cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem.
Tolok ukur moderasi beragama yang utama adalah kemanusiaan sehingga jika ada paham yang mengatasnamakan agama namun merendahkan harkat, derajat, dan martabat kemanusiaan, bahkan menghilangkan sesama manusia, katanya, tindakan tersebut sudah berlebihan atau ekstrem.
Baca juga: STAHN Mpu Kuturan lestarikan ukiran khas Buleleng di tembok kampus
Melalui kegiatan ini, ia mengajak mahasiswa untuk bersatu dan bekerja sama guna memelihara moderasi beragama. Dengan demikian, ancaman terhadap Bangsa Indonesia terkait dengan paham ekstremisme dapat dihindari.
"Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian, hingga retaknya hubungan antarumat beragama merupakan masalah yang harus dihadapi bersama oleh Bangsa Indonesia saat ini," katanya di hadapan 50 mahasiswa.
Ia mengatakan moderasi beragama yang berorientasi pada kemuliaan manusia sebagai
tepat untuk Bangsa Indonesia yang majemuk.
Maka, katanya, kaum moderat dan pemimpin lintas agama harus lebih aktif mengisi ruang-ruang spiritualitas umat.