Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bali) - Sekelompok seniman Bali menuturkan kisah masyur Ramayana di Australia yang disajikan dalam pagelaran seni pertunjukan drama kombinasi tari (Sendratari).
Sri Rama, penegak kebenaran menumpas keangkaramurkaan Rahwana itu mampu menjadikan penonton di negeri Kangguru tersebut terpukau dengan penampilan 40 orang seniman tari, karawitan dan pedalangan Bali.
Pagelaran berdurasi 60 menit itu memberikan kesempatan kepada penonton untuk mencermati untaian tari dengan iringan gamelan yang menyampaikan pesan universal, bahwa kezaliman pasti akan ditundukkan oleh kebenaran.
"Kami bangga, penonton berdiri dan bertepuk tangan panjang pada akhir pementasan," tutur Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S, MA yang memimpin tim kesenian tersebut.
ISI Denpasar melibatkan 43 mahasiswa dan dosen mengadakan kunjungan ke Edith Cowan University (ECU) Australia untuk meningkatkan hubungan kerja sama dan saling menguntungkan antara ISI dan ECU, Australia baru-baru ini,
Prof Rai menuturkan cuaca di Perth, Negara Bagian Australia Barat rata-rata sekitar 13 derajat celsius. Kendati dingin cukup menggigit, tak mengurangi semangat masyarakat kota yang berpenduduk 1,8 juta jiwa itu untuk mengagumi penampilan para seniman Bali.
Terlihat pementasan di kota Mandurah dan di University of Western Australia (UWA) mendapat perhatian yang antusias para penonton. Pementasan di gedung megah Performing Arts Centre Mandurah mendapat apresiasi khusus wakil wali kota setempat.
Pementasan di kampus UWA, selain disaksikan para mahasiswa dan dosen universitas bergengsi itu, juga disaksikan dengan pandangan mata oleh ratusan siswa sekolah dasar dan menengah.
Kehadiran para seniman Bali di kota yang ditempuh dalam waktu tiga jam 15 menit penerbangan ke arah selatan Bandara Ngurah Rai itu, merupakan implementasi dari Program Muhibah Seni 2012 dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Atas persetujuan dari Dikti, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang berhasil emenangkan program itu, memilih Australia menjadi tujuan lawatannya. "Kesenian Bali sudah banyak dikenal di Amerika dan Eropa, tetapi di Australia yang tak begitu jauh jaraknya, kesenian Bali dan Indonesia pada umumnya masih asing," tutur Prof Rai.
Oleh sebab itu pilihan lawatan para seniman ISI Denpasar di Australia dinilai sangat tepat dalam meningkatkan citra Indonesia di negera tersebut.
Sebagai duta bangsa, ISI Denpasar mengutus para seniman unggul yang terdiri dari para mahasiswa dan dosen. Untuk tokoh Rama, Sita, dan Laksmana dipercayakan kepada para mahasiswa I Gusti Ngurah Gede Dharma Widnyana, Made Ayu Desiari dan Kadek Budi Setiawan.
Sedangkan untuk tokoh Rahwana, Anoman, Kijang dan Trijata dibawakan oleh dosen Tjokorda Raka Tisnu, I Wayan Sutirta, Ni Komang Sri Wahyuni dan Ni Nyoman Kasih.
Pada barisan penabuh yang terdiri dari gabungan mahasiswa dan dosen dikomandoi oleh I Wayan Suweca, I Ketut Garwa dan I Wayan Suharta. "Untuk lawatan di Perth ini, kami melakukan persiapan lebih dari satu bulan," tutur I Wayan Suweca, SSKar, M.Mus, pembantu rektor IV ISI Denpasar.
Empat kali pementasan
Kadek Suartaya, S,S.Kar, M.Si, pengarah acara pementasan tersebut menambahkan, tim kesenian Bali selama sepuluh hari di negeri Kangguru mengadakan empat kali pagelaran.
Penampilan Sendratari Ramayana sebagai sajian utama, disertai dengan tari selamat datang Selat Segara dan Jauk Manis. Tari Selat Segara ciptaan I Gusti Ayu Srinatih dan I Wayan Rai itu dibawakan oleh enam orang mahasiswi, yakni Anak Agung Istri Inten Pradnyandari, Ni Putu Tuntun Dhufany, Ni Kadek Ratih Satriyaningsih, Ni Putu Sinta Ulantari, Kadek Ayu Era Pinatih dan Made Irma Novitasari.
Sedangkan tari Jauk Manis dibawakan oleh Komang Farda Adi Saputra. Sebagai misi kesenian yang membawa nama bangsa, penampilan tim ISI Denpasar juga menyuguhkan keindahan kesenian Nusantara lewat gemulai tari Pakarena (Sulawesi) dan kelincahan tari Rantak (Sumatera).
Sajian Sendratari Ramayana yang disuguhkan para seniman Bali pada dua pementasan tersebut mampu menjalin komunikasi dengan penonton Perth. Sendratari sebagai genre seni pertunjukan yang dikembangkan dengan konsep estetis dramatari tanpa dialog verbal memberikan ruang kepada penonton berimajinasi dan memberikan interpretasinya.
Hal itu terlihat misalnya begitu sangat tertariknya para penonton kalangan belia dengan tokoh kera sakti Anoman. Seusai pementasan, I Wayan Sutirtha dengan busana Anomannya dikerubuti oleh bocah-bocah usia sekolah dasar.
Secara beramai-ramai mereka berebutan berfoto sembari memandangi topeng, ekor, dan bulu-bulu putih tokoh pahlawan gagah berani dalam cerita Ramayana itu. Begitu pula adegan ketika Rahwana menculik Dewi Sita yang berperang seru dengan burung Garuda, jalan ceritanya tampak disimak cermat penonton.
Cerita Ramayana memang telah tersebar luas ke berbagai perjuru dunia. Epos besar India ini ditransformasikan dalam seni budaya bangsa Thailand, Kamboja, Laos, Malaysia, dan Indonesia.
Sendratari Ramayana adalah salah satu bentuk penghayatan masyarakat Indonesia khususnya di Jawa dan Bali terhadap nilai-nilai dan saripati kehidupan yang terkandung dalam cerita karangan Walmiki tersebut.
Dalam pencapaian peradaban dunia, Ramayana sangat umum dirujuk sebagai karya sastra agung yang monumental dan kontekstual hingga di era global ini, tutur Kadek Suartaya sebagai dalang dalam pementasan tersebut.
Mungkin itulah sebabnya, selain seni itu sendiri memang universal, sajian Sendratari Ramayana oleh tim kesenian Bali di Perth, Australia, tampak berinteraksi akrab dengan penonton.
Puncak penampilan Sendratari Ramayana adalah di Perth Conventional Hall yang berkapasitas 1,500 penonton. Menurut staf bidang budaya dan informasi Konsulat Jenderal Indonesia di Perth, seluruh tempat duduk jauh-jauh hari dipesan penonton. Masih ada tiga ratusan penonton yang tak mendapatkan tiket, ujar Syahri Sakidin.
Ni Putu Widi, wanita asal Bali yang bekerja sebagai staf restoran Kings Perth Hotel mengaku, kesulitan mendapatkan tiket, karena telah terlebih dulu dipesan oleh penonton setempat.
Demikian pula Tutiek, seorang mahasiswi S2 asal Jakarta yang sedang kuliah akunting di sana bertekad agar dapat menyaksikan penampilan para seniman dari Pulau Dewata di kota tempatnya menimba ilmu.
"Semoga keindahan seni budaya yang disajikan seniman Bali memberikan kontribusi memuliakan martabat bangsa Indonesia di kancah internasional," harap E.D Syarief Syamsuri, Konsul Jendral RI di Perth, Australia. (*/T007)