Denpasar (ANTARA) - Tokoh penggiat budaya, sastra dan agama Ida Bagus Agastia dan I Gede Sura menerima penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama dari Pemerintah Provinsi Bali atas jasanya dalam bidang pelestarian pengembangan bahasa, aksara dan sastra Bali.
Gubernur Bali Wayan Koster menyerahkan penghargaan kepada dua tokoh tersebut dalam acara penutupan Bulan Bahasa Bali ke-5 tahun 2023 di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa.
Ketua Tim Penilai Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama I Gde Nala Antara mengatakan proses pemilihan penerima Bali Kerthi Nugraha tahun ini telah melalui seleksi yang ditetapkan panitia.
"Setiap tahun, kabupaten/kota, Majelis Kebudayaan Bali, lembaga bahasa, perguruan tinggi mengajukan tokoh pelestari aksara, basa dan sastra Bali," ujar Gde Nala.
Tim penilai berjumlah tujuh orang telah mencocokkan data sesuai kriteria, menilai kelayakan, senioritas, pengabdian, tidak sebatas pelestarian, pembina melainkan pengabdian terhadap karya sastra.
"Mereka yang layak itu, masih hidup, ada karya, pengungkapan nilai- nilai sastra Bali dalam artian luas," ucap Nala yang juga akademisi Universitas Udayana ini.
Akhirnya tim penilai menetapkan dua orang tokoh Bali yang dinilai layak menerima penghargaan yakni Drs I B Gede Agastia dan Drs I Gede Sura MSi. kedua tokoh ini telah mengabdikan diri dan sangat berjasa, dalam melestarikan, mengembangkan aksara, basa dan sastra Bali.
"Nominasi tokoh yang ditetapkan dan dipilih merupakan hasil yang dilakukan penilaian secara independen tidak ada campur pihak manapun. Kami akhirnya menetapkan kedua tokoh tersebut, dari segi senior, pengabdian sangat tinggi dan sangat layak," ujarnya..
Penerima penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama mendapatkan lencana emas dan hadiah uang masing-masing Rp100 juta.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gde Arya Sugiartha mengatakan penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama ini diberikan kepada para tokoh yang berjasa di bidang aksara, bahasa dan sastra Bali.
"Tahun ini yang mendapatkan adalah dua tokoh yakni Bapak IB Agastia dan bapak I Gede Sura, beliau adalah sastrawan, budayawan yang kiprahnya cukup panjang dan berjasa banyak terhadap pelestarian, pengembangan aksara, basa dan sastra Bali," ujarnya.
I Gede Sura dalam kesempatan itu berpesan agar pelestarian aksara, bahasa dan sastra senantiasa dijaga dikembangkan. "Mempelajari bahasa Bali tidaklah sulit, lebih sulit bahasa Inggris dan Jerman," kata sastrawan senior itu.
Sementara IB Agastia mengingatkan kekuatan ilmu pengetahuan adalah aksara itu sendiri.
"Kita sangat kaya dengan lontar, itu perekam data penting, kaya bahasa, sastra dan aksara, ingat kedalaman pikiran, ada pada ujung pisau (mutik) yang tajam itu. Jadi pikiran kita tajam seperti itu," pesan Agastia dalam video yang ditayangkan saat penutupan Bulan Bahasa Bali ke-5 ini.