Oleh I Made Tirthayasa
Kabupaten Buleleng dengan garis pantai sepanjang 157,05 kilometer persegi dari luas wilayah 135.588 hektare atau setara 24,75 persen dari luas Pulau Bali memiliki sejuta potensi kelautan dan perikanan.
Berdasarkan catatan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng pada 2012 produksi perikanan di daerah itu mencapai 10.760,3 ton dan budidaya rumput laut sebanyak 1.734,20 ton.
"Daerah kami benar-benar memiliki potensi sumber daya pesisir dan laut yang cukup besar," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng Nyoman Sutrisna di Singaraja, Selasa (9/10).
Tak hanya itu, di Kecamatan Tejakula dan Kecamatan Gerokgak juga terdapat lahan usaha garam yang mampu memproduksi garam rakyat sebanyak 7.500 ton per tahun.
Usaha garam rakyat dilakukan secara tradisional dengan teknologi kolam bertingkat. Untuk mendapatkan kristal garam, air laut disaring melalui empat sampai lima kolam.
Dalam kondisi iklim normal membutuhkan waktu lima hingga enam bulan untuk menghasilkan garam berkualitas. Pada dua bulan pertama petambak garam menyiapkan lahan. Kemudian bulan ketiga hingga keenam sudah bisa berproduksi dengan masa panen setiap 15 hari sekali.
"Saya optimistis produksi garam rakyat masih bisa ditingkatkan hingga 85 ton per hektare dibandingkan saat ini yang masih 75 ton," kata Sutrisna.
Optimisme itu didasari oleh hadirnya program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun ini.
Pejabat Pembuat Komitmen Pugar Kabupaten Buleleng, Benni Ariatman Purba, menjelaskan bahwa tujuan Pugar adalah membentuk sentra usaha garam rakyat, memberdayakan dan meningkatkan kapasitas petambak garam rakyat dalam Kelompok Usaha Garam Rakyat (Kugar).
Selain itu, Pugar ditujukan untuk meningkatkan akses permodalan, pemasaran, informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi bagi petambak garam rakyat demi tercapainya target produksi garam konsumsi sebanyak 349.200 ton untuk mendukung swasembada garam nasional.
"Untuk mencapai tujuan tersebut, kami melakukan kerja keras dan melibatkan banyak pihak, khususnya para petambak garam yang diposisikan sebagai subjek program ini," kata Kepala Bidang Sumber Daya Alam Dinas Perikanan dan Kelautan Buleleng itu.
Benni berharap Pugar dapat memberikan peningkatan kesejahteraan bagi petambak garam. Bagi Kugar yang sudah diidentifikasi oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng akan mendapat dukungan permodalan dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana pertambakan garam rakyat.
Bantuan tersebut, antara lain mesin pompa air, pipa paralon, alat pengais garam, perbaikan gudang, dan jalan di areal pertambakan.
"Masing-masing anggota Kugar mendapatkan Rp5 juta. Kami sangat berterima kasih adanya BLM yang besar manfaatnya bagi usaha petambak garam," kata Abdul Fakih selaku Ketua Kogar Bumi Putih Dua, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak.
Ia bertambah semangat menggeluti usaha garam lantaran mendapatkan dukungan dan perhatian dari pemerintah pusat dan Pemkab Buleleng.
Kelompok yang dipimpinnya akan lebih serius menggarap usaha garam karena harga garam terus beranjak naik. Bulan lalu harga garam di tingkat petambak dilepas Rp300 per kilogram, kini sudah mencapai Rp450 per kilogram.
"Memang kualitas garam di sini masih standar, tapi kami akan terus berupaya untuk memperbaiki kualitas," kata Fakih.
Untuk mengantisipasi anjloknya kualitas serta harga garam yang telah dihasilkan oleh petambak garam, Ketut Ngurah Agastya selaku tenaga pendamping Pugar Buleleng akan mendirikan gudang-gudang milik Kugar.
Selain untuk menyimpan garam saat musim panen, gudang tersebut dapat melindungi garam dari ancaman cuaca yang tidak menentu sehingga bisa mengatasi situasi krisis. Saat musim panas harga garam di Tejakula dan Gerokgak Rp300-450 per kilogram, sedangkan musim hujan bisa mencapai Rp800 per kilogram.
Menurut Fakih, penghasilan sebagai petambak garam paling tinggi Rp1,3 juta per bulan. Pendapatan tersebut selama enam bulan bekerja, enam bulan berikutnya para petambak membudidayakan ikan bandeng dan udang Vaname di atas lahan tambak garam.
"Sekarang kami sudah memiliki peralatan sendiri untuk memproduksi garam. Selama ini, sarana produksi tersebut sudah usang dan tidak memiliki kemampuan untuk membelinya. Dengan adanya BLM Pugar sudah sangat membantu," kata Soleh, petambak garam anggota Kugar Bumi Putih Lima.
Ketua Tim Pelaksanaan Pugar Kabupaten Buleleng, Abdul Manap, menyebutkan bahwa luas lahan Pugar pada 2011 sekitar 60 hektare dengan jumlah anggota 125 orang yang terbagi ke dalam 14 Kugar.
Dari jumlah dana BLM sebesar Rp800 juta, sekitar Rp624,7 juta telahdisalurkan kepada 14 Kugar, sedangkan sisanya untuk perbaikan jalan di lokasi tambak garam.(MDE/M038/T007)
Kiat Petambak Garam Atasi Krisis
Rabu, 10 Oktober 2012 11:57 WIB