Denpasar (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan untuk pemulihan ekonomi Pulau Dewata dari dampak pandemi COVID-19 diperlukan solusi yang bersifat multidimensi dan kebijakan yang luar biasa dari berbagai pihak.
"Tantangan COVID-19 yang kita hadapi saat ini, tidak seperti krisis ekonomi yang dihadapi sebelumnya. Dari sisi ekonomi, tentu saja kita semua sudah paham dampak yang dirasakan, baik secara global, nasional maupun di Provinsi Bali," kata Trisno Nugroho di Denpasar, Minggu.
Oleh karena itu, ujar Trisno, saat ini kita semua harus berfokus pada solusi pemulihan yang bersifat multidimensi.
"Artinya, kita harus memperhatikan aspek kesehatan, ekonomi, dan juga sosial. Kebijakan yang diambil pun harus bersifat 'extraordinary' dimana kolaborasi dari seluruh pihak diperlukan untuk dapat keluar dari krisis ini," ucapnya.
Baca juga: BI Bali: sepanjang tahun 2021, ekonomi Bali-Nusra bisa tumbuh 2,8-3,8 persen
Trisno berpandangan, vaksinasi COVID-19 merupakan "game changer" atau faktor pengubah untuk mengatasi krisis ekonomi karena dampak pandemi COVID-19.
"Kami mendukung penuh upaya dan kerja keras pemerintah daerah untuk mengakselerasi pelaksanaan vaksinasi, sehingga target vaksinasi 3 juta penduduk Bali untuk mencapai 'herd immunity' 70 persen, bisa segera terwujud," ucapnya.
Trisno menambahkan, untuk pembukaan pariwisata Bali, selain program vaksinasi, juga telah disiapkan mekanisme "safe travel" dengan protokol kesehatan yang ketat.
Hal ini didukung oleh sertifikasi CHSE yakni Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) di sektor pariwisata, yakni hotel, restoran dan daya tarik wisata (DTW).
"Selain itu, pemerintah juga telah menetapkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) termasuk jaring pengaman sosial. Merupakan tugas kita sebagai warga negara untuk mengawal kesuksesan upaya pemulihan ekonomi Bali," kata Trisno.
Baca juga: BI: Pulihkan ekonomi Bali jangan cuma andalkan wisman
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan I 2021 masih mengalami kontraksi dengan minus 9,85 (yoy), sedikit melandai dibandingkan dengan triwulan IV 2020 yang sebesar minus 12,21 persen (yoy).
Menurutnya, dari data itu terlihat pertumbuhan ekonomi sudah menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik walaupun belum terlalu signifikan.
"Kami ingin terus mendorong transformasi ekonomi Bali. Ekonomi Bali tidak hanya bertumpu pada sektor pariwisata saja, tetapi juga perlu digali sektor potensial lainnya seperti pertanian modern, industri kreatif, 'refocusing' pariwisata, pendidikan dan pembayaran digital," ucap mantan Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta itu
BI: Pemulihan ekonomi Bali perlu solusi multidimensi dan luar biasa
Minggu, 20 Juni 2021 14:37 WIB