Denpasar (ANTARA) - Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizky Ernadi Wimanda mengajak pihak-pihak terkait dalam upaya memulihkan ekonomi setempat dari dampak pandemi COVID-19, jangan hanya mengandalkan dari rencana dibukanya kunjungan wisatawan mancanegara.
"Jadi, harus diubah, jangan hanya mengandalkan Bali untuk wisman kapan dibuka. Selama di Bali masih ada zona merah, akan sulit wisman mau datang," kata Rizky dalam acara Capacity Building Media di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, pertanian dan pendidikan, menjadi dua sektor yang patut untuk lebih dikembangkan di Provinsi Bali.
Di sektor pendidikan misalnya, agar universitas internasional yang ternama juga bisa ada di Bali, seperti halnya banyak universitas yang ada di Inggris juga cabangnya dibuka di Malaysia.
Baca juga: BI: Kebutuhan uang tunai di Bali capai Rp1,43 triliun selama Ramadhan
Kemudian untuk sektor pertanian yang saat ini masih banyak menggunakan sistem konvensional, ujar Rizky, itu dapat didorong dengan pengembangan "digital farming" dan "smart farming".
Rizky mengatakan, kalau masyarakat Bali terus hanya bergantung pada kedatangan wisman, maka pertumbuhan ekonomi Bali juga akan makin lama terkontraksi. Potensi kunjungan wisatawan domestik pada sebelum pandemi pun pertahun cukup besar di atas 10 juta, sedangkan wisman dengan kunjungan 6,2 juta orang.
Pada triwulan I-2021, pertumbuhan ekonomi Bali masih mengalami kontraksi yakni sebesar minus 9,85 persen (yoy). Meskipun kontraksinya sudah sedikit melandai dibandingkan saat triwulan IV 2020 yang sebesar minus 12,21 persen.
"Kita memang harus optimistis untuk pemulihan ekonomi Bali. Optimistis, tetapi juga harus sabar, jangan kesusu (buru-buru) membuka Bali untuk wisman, yang justru nantinya dapat menjadi bumerang," ucapnya pada acara yang dipandu Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Bali Donny H Heatubun itu.
Selain itu, Rizky melihat potensi Bali dari sisi industri kreatif dan desain yang begitu luar biasa, pun sangat tepat untuk lebih digarap guna membangkitkan ekonomi Bali.
Baca juga: BI: Triwulan I-2021, pemulihan ekonomi Bali berlanjut
Sementara itu, akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Dr I Gusti Wayan Murjana Yasa SE, MSi mengatakan optimisme pemulihan ekonomi Bali dapat dilakukan melalui percepatan penanganan COVID-19 dan diversifikasi ekonomi Bali melalui berbagai sektor potensial.
Percepatan penanganan COVID-19 diantaranya melalui peningkatan kepatuhan protokol kesehatan, peningkatan cakupan 3 T (testing, tracing, treatment), dan percepatan peningkatan cakupan vaksinasi COVID-19.
"Untuk diversifikasi ekonomi melalui berbagai sektor potensial seperti ekonomi kreatif dan digital, pendidikan, pertanian, kesehatan. Termasuk juga program work from Bali bagi kalangan BUMN," katanya.
Murjana Yasa dalam kesempatan itu juga menyoroti pada Agustus 2020 itu sekitar 47,28 persen pekerja di Bali berpendidikan SMP ke bawah. Untuk pengangguran terbuka lebih banyak dari kelompok terdidik dengan jenjang pendidikan Diploma dan Sarjana.
"Penyebab pengangguran dari kelompok terdidik ini karena mereka masih memiliki kemampuan secara finansial meskipun menganggur, maupun memilih-milih pekerjaan, di samping juga tidak nyambung antara kebutuhan pasar kerja dengan kompetensi yang dimiliki," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizky Ernadi Wimanda juga banyak mengulas tentang kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan implementasinya.