London (Antara Bali) - Pemerintah Indonesia menyiapkan produsen dan eksportir dalam negeri yang ramah lingkungan agar siap berkompetisi di tingkat global, meskipun belum mengantoningi "environmental goods (EG)".
"Pembicaraan tentang produk dagang yang ramah lingkungan (EG) tersebut menjadi diskusi yang cukup hangat di forum APEC, Kazan," ujar Koordinator Fungsi Pensosbud dan Pendidikan KBRI Moskow M.Aji Surya kepada ANTARA London, Senin.
Di antara ekonomi APEC terkesan masih terbelah dua, antara yang mendukung sepenuh hati dan yang masih berat hati. Masalahnya kembali kepada kesiapan masing-masing ekonomi dan perlindungan terhadap produsen dan eksportirnya.
Menurut M.Aji Surya , isu besar ini pernah menggelinding di forum WTO namun kemudian deadlock, mati suri.
Negara yang siap dengan produk ramah lingkungan adalah negara-negara yang memiliki koordinasi internal relatif baik yang diperkirakan akan mampu meraup keuntungan ekonomi dengan disyahkannya daftar EG.
Sementara negara kurang siap terlihat masih maju mundur mengingat hal tersebut bisa berdampak negatif bagi ekonomi dalam negeri bila tidak diikuti kesiapan prima.
Bahkan banyak ekonomi APEC yang mempertanyakan mengapa pembicaraan tentang isu ini seolah dipindah dari WTO ke APEC.
Sampai dengan akhir Mei tercatat 13 dari 21 anggota ekonomi APEC menyerahkan daftar produknya yang ramah lingkungan untuk kemudian dikompilasi oleh Friend of the Chairs EG APEC menjadi 300-an produk.(*/M038/T007)
