Jakarta (ANTARA) - PT Bank Tabungan Negara (Persero) mencetak laba bersih Rp1,6 triliun sepanjang 2020, melonjak 665,71 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya Rp209 miliar.
Plt. Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan lompatan laba bersih tersebut ditopang oleh lima strategi utama perseroan yang digelar selama 2020. Selain itu, sektor perumahan juga menjadi penopang suburnya pundi-pundi laba BTN karena bergerak positif di tengah koreksi pertumbuhan ekonomi akibat pandemi.
"Dengan strategi tersebut membuktikan kami tidak hanya bisa memperbaiki kinerja bisnis tapi juga bertahan di tengah tekanan akibat pandemi. Tahun ini, kami optimistis dengan strategi tersebut beserta potensi di sektor properti, Bank BTN akan mencetak laba bersih yang terus melaju positif," ujar Nixon dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.
Nixon merinci lima strategi yang dilakukan perseroan antara lain memaksimalkan penerapan good corporate governance (GCG), sentralisasi proses bisnis, penguatan permodalan dan pendanaan. Selain itu, perseroan juga akan meningkatkan kualitas kredit dan menggenjot efisiensi.
Dalam laporan keuangan emiten bersandi saham BBTN tersebut, laba bersih perseroan ditopang pendapatan bunga sebesar Rp25,16 triliun pada kuartal IV 2020. Pendapatan bunga tersebut disumbang oleh penyaluran kredit yang tetap bertumbuh meski berada di bawah tekanan pandemi.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi dengan pertumbuhan sebesar 8,63 persen (yoy) menjadi Rp120,72 triliun per kuartal IV 2020 menjadi penopang utama pertumbuhan kredit di BTN. Dengan catatan positif KPR subsidi tersebut, membuat kredit perumahan BTN secara total naik sebesar 2,29 persen (yoy) menjadi Rp234,78 triliun per kuartal IV 2020.
Di segmen kredit nonperumahan, BBTN tercatat telah menyalurkan kredit senilai Rp25,32 triliun. Kinerja penyaluran tersebut ditopang oleh kredit korporasi dan kredit konsumer yang naik masing-masing sebesar 77,81 persen dan 4,55 persen menjadi Rp11,94 triliun dan Rp5,11 triliun per 31 Desember 2020. Dengan total penyaluran tersebut, kredit Bank BTN tercatat mencapai Rp260,11 triliun atau naik 1,68 persen (yoy) pada kuartal IV 2020 dari Rp255,82 triliun di kuartal IV 2019.
Kualitas kredit bank yang menginjak usia 71 tahun pada 9 Februari lalu itu juga mencatatkan tren membaik. Per 31 Desember 2020, Non Performing Loan (NPL) net Bank BTN tercatat sebesar 2,06 persen atau turun 90 bps dari 2,96 persen di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, rasio coverage Bank BTN juga meningkat mencapai lebih dari dua kali lipat sebagai antisipasi penurunan kualitas kredit akibat pandemi COVID-19. Pada kuartal IV 2020, rasio coverage Bank BTN tercatat sebesar 115,02 persen atau melonjak dari 50,01 persen pada kuartal IV 2019.
Di sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN menguat dengan Cost of Fund (CoF) yang membaik. DPK bank spesialis pembiayaan perumahan tersebut mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 23,84 persen (yoy) dari Rp225,4 triliun pada kuartal IV 2019 menjadi Rp279,13 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan DPK Bank BTN didominasi oleh kenaikan giro sebesar 38,24 persen menjadi Rp72,04 triliun per kuartal IV 2020. Dengan peningkatan DPK tersebut, loan to deposit ratio (LDR) BTN pun terus turun ke level 93,19 persen pada kuartal IV 2020 dari 113,5 persen di kuartal IV 2019. CoF perseroan juga terus mencatatkan penurunan menjadi 4,79 persen pada kuartal IV 2020 dari 5,68 persen pada kuartal IV 2019.
Permodalan Bank BTN juga makin tebal dengan penerbitan Junior Global Bond yang diterbitkan pada awal 2020. Capital Adequacy Ratio (CAR) perseroan per kuartal IV 2020 tercatat naik 202 bps menjadi 19,34 persen. Dengan peningkatan di seluruh lini bisnis tersebut, aset Bank BTN tumbuh 15,85 persen (yoy) menjadi Rp361,20 triliun pada kuartal IV 2020. Posisi tersebut naik dari Rp311,77 triliun pada kuartal IV 2019.
Unit Syariah
Tidak mau kalah dengan induk, kinerja BTN Syariah yang saat ini masih sebagai unit usaha perseroan juga menunjukkan kinerja positif. Hal ini dapat dilihat dari aset Unit Usaha Syariah (UUS) Bank BTN yang tumbuh sebesar 16,37 persen (yoy) menjadi Rp33,03 triliun pada kuartal IV 2020.
DPK yang dihimpun UUS BTN juga tumbuh 9,02 persen (yoy) menjadi Rp23,83 triliun pada akhir Desember 2020. BTN Syariah juga terus melakukan peningkatan pencadangan dengan coverage ratio naik level menjadi 55,55 persen pada kuartal IV 2020 dari 38,68 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, sejalan dengan proyeksi positif pada sektor properti yang ditopang oleh prospek perbaikan ekonomi nasional, Bank BTN membidik pertumbuhan laba bersih 2021 pada kisaran 50 persen hingga 70 persen. Untuk mencapai target tersebut, BBTN menargetkan kredit dan DPK tumbuh pada kisaran 7 persen hingga 9 persen.
"Kami optimis, dengan proyeksi dan potensi yang ada meskipun masih di tengah pandemi, laba bersih perseroan tahun 2021 dapat tetap tumbuh pada kisaran Rp2,5 triliun - Rp2,8 triliun atau naik sekitar 50 persen sampai 70 persen secara tahunan," ujar Nixon.
Nixon menjelaskan proyeksi peningkatan laba bersih tersebut akan banyak ditopang oleh penghematan biaya dana. Selain itu, Bank BTN juga akan mengandalkan penguatan digital untuk mendorong efisiensi dan fee based income (FBI).
Jajaran direksi Bank BTN pun tetap mengutamakan upaya mendorong sektor pembangunan perumahan sebagai bisnis inti Bank BTN. Sebab, lanjut Nixon, sektor tersebut dapat membawa dampak ekonomis bagi 174 industri turunan lainnya, sehingga turut bermanfaat bagi perekonomian nasional.
"Ini akan berdampak sangat positif dalam mendorong ekonomi nasional dan kami optimis BTN akan dapat memainkan perannya dengan baik sebagai salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional," kata Nixon.
BTN cetak laba bersih Rp1,6 triliun
Senin, 15 Februari 2021 14:21 WIB