Denpasar (ANTARA) -
Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali meminta lembaga konservasi agar melindungi kesejahteraan gajah guna memastikan keberlanjutan hidup satwa.“Pengelolaan gajah harus beradab, menghargai karena mereka adalah satwa, sama-sama ciptaan Tuhan,” kata Kepala BKSDA Bali Ratna Hendratmoko di Denpasar, Bali, Senin.
Ia mengingatkan kesejahteraan satwa itu menyusul viral di media sosial tubuh gajah menjadi media melukis yang dilakukan oleh sejumlah pengunjung di salah satu lembaga konservasi di Bali.
Menurut dia, peristiwa itu merupakan kejadian lama yang terjadi pada Januari 2022 yang saat itu pariwisata Bali sedang dalam kondisi terpuruk karena terdampak pandemi COVID-19.
Pihaknya telah melakukan penelusuran setelah viral dan memastikan kegiatan melukis tersebut sudah tidak ada lagi.
“Kegiatan itu untuk menarik pengunjung dan juga untuk donasi atau penggalangan dana untuk pakan gajah pasca-COVID dan sampai saat ini sudah tidak ada lagi melukis di tubuh gajah,” imbuhnya.
Sebagai bentuk mitigasi, pihaknya telah melakukan bimbingan teknis kepada seluruh lembaga konservasi di Bali khususnya yang mengelola gajah, agar mereka selalu memperhatikan kesejahteraan hewan dilindungi itu.
Ia meminta lembaga konservasi di Bali menjadikan pelajaran atas peristiwa tersebut khususnya dalam menjamin kesejahteraan gajah termasuk program menunggangi gajah.
“Kami harapkan mereka secara periodik mengurangi secara bertahap dan menghapus gajah tunggang dan semoga dengan keadaan ini menjadi pembelajaran terutama untuk gajah tunggang,” ucapnya.
Ratna menjelaskan saat ini di Bali ada lima lembaga konservasi di Pulau Dewata yang memelihara gajah.
Ada pun total gajah sumatera yang berada di lembaga konservasi itu mencapai 84 ekor.
BKSDA Bali menegaskan akan terus melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap lembaga konservasi guna memastikan pengelolaan satwa, khususnya gajah, berjalan sesuai dengan prinsip konservasi dan kesejahteraan satwa.
