Dihimpun dari sejumlah sumber, "lockdown" merupakan keputusan yang diambil pemerintah untuk mengatur keluar-masuknya seseorang di satu daerah. Kegiatan masyarakat di daerah itu pun juga sangat dibatasi.
Dalam narasinya, sejumlah pengguna Twitter menuliskan bahwa "lockdown" Jawa dan Bali akan diberlakukan pada 12 hingga 25 Januari 2021.
Benarkah narasi tersebut? Dari penelusuran yang dilakukan ANTARA, pemberlakuan "lockdown" di Jawa dan Bali selama dua pekan merupakan narasi yang keliru atau hoaks.
Baca juga: Vaksinolog: Vaksin lolos uji klinis itu aman dan efektif
Yang benar adalah pemerintah akan mulai menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali pada 11-25 Januari 2021. Keputusan itu diambil untuk meredam lonjakan kasus COVID-19.
Dalam pelaksanaan "pembatasan" (PPKM) selama dua pekan mendatang, masyarakat tetap dapat menjalankan aktivitasnya, namun dengan pembatasan dan pengawasan ketat, seperti diberitakan oleh ANTARA.
Pemerintah, di antaranya, akan memperketat pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan) dan meningkatkan operasi yustisi.
Polri dan TNI juga akan dilibatkan untuk mengawasi pembatasan jumlah orang bekerja di kantor (WFO) maksimal 25 persen dari total karyawan, seperti yang akan dilakukan oleh Pemprov DKI.
Vaksin "Lemah" Sinovac
Narasi yang menyatakan Sinovac adalah vaksin COVID-19 paling lemah di dunia telah bergulir sejak akhir 2020.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan diklaim telah melakukan perbandingan pada 10 jenis vaksin virus corona dari berbagai perusahaan farmasi global, sebagaimana diberitakan sebuah situs daring nasional.
Baca juga: MUI: Vaksin Sinovac dari materi suci dan halal
Dari hasil perbandingan itu, WHO disebut menempatkan Sinovac di posisi 10 atau terakhir. Posisi tersebut juga menunjukkan bahwa Sinovac merupakan vaksin COVID-19 dengan efektivitas paling rendah.
"Dari hasil perbandingan yang dilakukan, vaksin buatan Sinovac Biotech, China, memiliki pengaruh paling rendah terhadap imunitas tubuh.
Ini artinya, vaksin Sinovac tidak terlalu efektif untuk menangkal virus COVID-19," demikian untaian narasi yang termuat pada situs daring tersebut. Namun, benarkah klaim artikel itu?.
Juru bicara vaksinasi COVID-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia membantah klaim bahwa Sinovac memiliki kualitas paling rendah di antara kandidat vaksin lainnya.
Baca juga: Presiden Jokowi: Tak mau divaksin itu rugikan diri sendiri dan orang lain
Disebutkan pula bahwa hingga saat ini tidak ada dokumen dan informasi resmi dari WHO yang membandingkan respons imunitas dari 10 kandidat vaksin, atau pernyataan bahwa vaksin Sinovac rendah, mengacu laman resmi covid19.go.id.