Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa African swine fever (ASF) atau demam babi Afrika merupakan jenis virus yang berbeda sekali dengan swine flu atau flu babi (H1N1).
"ASF ini adalah African swine fever (demam babi Afrika). Jadi ini adalah penyakit pada babi. Kalau swine flu juga sebenarnya penyakit influenza pada babi. Dua-duanya pada babi kalau kita bicara pada aspek hewannya," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dr. Siti Nadia Tarmizi dalam telekonferensi melalui Zoom dari Kemenkes RI, Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan baik swine flu dan ASF merupakan penyakit yang sama-sama yang menginfeksi babi. Namun demikian, kedua jenis penyakit itu pada dasarnya memiliki banyak perbedaan.
Pada demam babi Afrika, Nadia mengatakan bahwa jenis penyakit itu hanya menular dari hewan yang sakit ke hewan lainnya dan belum pernah terbukti menular ke manusia.
Sedangkan flu babi sudah terbukti dapat menginfeksi pada babi dan manusia dengan gejala yang ditandai dengan demam, depresi dan mengeluarkan cairan pada hidung dan mata.
Sementara pada ASF, gejala ditandai dengan adanya kematian mendadak pada babi, demam tinggi dan merah pada kulit hewan yang terinfeksi.
Penularan demam babi Afrika terjadi melalui kontak hewan yang sakit dan benda-benda yang telah tercemar virus. Sedangkan pada flu babi, penularan menyebabkan influenza like illness (ILI) pada babi dan menular baik secara langsung maupun tidak langsung pada hewan yang sakit.
Kesulitan mengendalikan ASF, kata Nadia, adalah karena belum ada vaksin untuk hewan yang terinfeksi. Sementara, Kementerian Pertanian (Kementan) juga masih berjuang untuk menyelesaikan permasalahan pada infeksi ASF tersebut.
"Jadi (ASF) ini berbeda sekali dengan flu yang kita sebut flu babi atau swine flu H1N1, di mana ini memang adalah penyakit infeksi pada babi yang menyerang saluran napas. Kalau ASF lebih banyak menyerang pada saluran cerna," katanya.
Sementara itu, selain menjelaskan perbedaan antara ASF dengan flu babi, Nadia juga menyampaikan berbedaan antara flu burung, flu musiman dan flu pandemi.
Ia mengatakan flu burung merupakan influenza yang disebabkan oleh virus H5N1 yang berawal pada unggas pada 2003 dan menular kepada manusia.
Sampai Juni 2020 kumulatif kasus flu burung di Indonesia adalah sebanyak 200 kasus dengan 168 kematian dan kasus terakhir terjadi pada 2017. Flu burung tersebut disinyalir dapat berpotensi menjadi pandemi.
Selanjutnya, flu musiman, kata Nadia, adalah flu yang umumnya disebabkan oleh virus influenza tipe A atau B. Flu tersebut bersifat ringan dan dapat sembuh apabila tidak terdapat penyakit penyerta yang berat, yaitu dengan istirahat serta makan makanan sehat bergizi.
Sementara itu, flu pandemi adalah flu yang menyebabkan kematian banyak dalam waktu cepat secara global.
Salah satu contoh yang pernah menjadi pandemi adalah Influenza A (H1N1) pada 2009, yang saat ini telah menjadi influenza musiman.