Tabanan (ANTARA) - Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti menyatakan pihaknya telah memesan 500 alat "rapid test" COVID-19 sejak seminggu lalu, namun dijanjikan akan datang dua minggu kedepan.
Keterangan pers dari Humas Pemkab Tabanan yang diterima, Sabtu, melaporkan hal itu disampaikan Bupati saat melakukan komunikasi jarak jauh (video conference) dengan Satgas COVID-19, seluruh jajaran OPD di Lingkungan Pemkab Tabanan, dan para pengelola DTW, di Tabanan Command Center atau TCC (20/3).
Didampingi Dirut BRSU Tabanan, dr. Susila, Bupati Eka melakukan empat sesi video conference bersama para bawahannya hingga petang. Sesi pertama dilakukan bersama satgas COVID-19, sesi kedua bersama OPD, sesi ketiga bersama para Camat dan sesi keempat bersama para pengurus DTW.
Tujuan dilakukan video conference ini tiada lain adalah untuk memastikan kesiapan Satgas COVID-19 yang diketuai oleh Sekda I Gede Susila, para OPD, para Camat dan para pengurus DTW, dalam upaya mengantisipasi penyebaran corona virus desease 2019 (COVID-19) di setiap wilayah masing-masing.
"Saya ingin para bawahan Saya dicek, karena mereka-mereka yang akan menjalankan Pemerintahan. Kalau misalkan OPD Saya misalnya terkena virus ini, bagaimana kita bisa menjalankan roda pemerintahan dan menjaga keselamatan masyarakat," ujarnya.
Terkait alat tes virus corona atau rapid tes COVID-19, ia mengatakan alatnya masih langka keberadaannya di Tabanan karena belum mendapat pasokan dari Pemerintah Pusat, padahal pihaknya sangat memerlukan "rapid test".
"Kami sudah memesan alat tersebut seminggu yang lalu, namun baru akan datang sekitar 2 minggu kedepan. Kami telah memesan 500 tes. Kami juga telah menghubungi pihak Kemenkes RI untuk bantuan rapid test dan lainnya," katanya.
Baca juga: Pemkab Tabanan semprotkan desinfektan di Tanah Lot
Bupati Eka juga mewanti-wanti kepada seluruh Camat di Kabupaten Tabanan agar memantau seluruh wilayahnya dengan melakukan komunikasi yang intens dengan pihak kepolisian, Perbekel dan Bendesa Adat di masing-masing wilayah.
Ia berharap pengumpulan masa menjelang hari raya Nyepi tidak terjadi, baik itu dalam pengarakan ogoh-ogoh, pemelastian serta kegiatan keagamaan lainnya.
"Begitupun dengan di rumah makan, warung kopi. Dan, pada objek wisata yang masih buka, agar melakukan penanganan sesuai SOP yang telah ditentukan bersama," katanya.
Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan penyebaran COVID-19, bukan untuk membatasi ruang gerak masyarakat, namun demi kepentingan masyarakat, mengingat virus ini tidak bisa disepelekan.