Jakarta (ANTARA) - Jika selama ini, sektor pariwisata Indonesia fokus untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara (wisman) namun di bawah kendala Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, pariwisata banting setir ke segmen wisatawan berkualitas.
Ia menyatakan fokus pada wisatawan premium atau berkualitas ketimbang pariwisata massal berbasis kuantitas. Wishnutama juga menegaskan ingin turis asing yang datang ke Indonesia adalah wisman dengan kualitas premium.
“Wisman yang datang ke Indonesia pertahun lebih banyak, tetapi pengeluaran lebih sedikit. Meningkatkan kualitas wisatawan yang datang ke Indonesia itu lebih penting, sehingga pengeluaran mereka pada saat di Indonesia lebih tinggi," ujar Wishnutama.
Oleh karena itu, ia fokus untuk menggarap wisman berkualitas dengan tingkat pengeluaran yang lebih tinggi sehingga diharapkan bisa menggenjot penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata. Pria yang akrab dipanggil Tama itu membandingkan kualitas turis asing di Indonesia dan Selandia Baru.
"Sekarang spending wisman di kita kira-kira 1.220 dolar AS, Selandia Baru hampir 5.000 dolar AS per kedatangan, artinya apa? Kualitas wisatawan yang datang ke Selandia Baru lebih tinggi walaupun jumlah wisatawannya cuma empat juta," lanjutnya.
Selama ini, pengembangan pariwisata cenderung ditekankan pada kuantitas dengan target bisa mendatangkan sebanyak-banyaknya wisman. Bahkan pada 2020, sempat ditargetkan pariwisata Indonesia bisa mendatangkan 20 juta wisman.
Padahal dampak pariwisata massal kerap kali mendatangkan kerugian dari sisi kerusakan alam dan lingkungan. “Dari jumlah turis sebanyak itu, bayangkan berapa jumlah sampah yang harus kita tangani,” kata Wishnutama.
Untuk mendukung perolehan devisa dari sektor pariwisata, Kabinet Indonesia Maju di bawah Presiden Jokowi telah menggagas pengembangan lima Destinasi Super Prioritas, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
Pembangunan infrastuktur untuk mendukung akses dan amenitas di destinasi tersebut pun ditargetkan rampung pada 2020, yang kini oleh pemerintah terus dilakukan pembangunannya.
Menanggapi hal itu Dewan Pengurus Nasional Generasi Optimis (GO) Indonesia, melalui Wakil Ketua Umumnya, Bayu Endro Winarko, MBA, mengatakan, perumusan strategi pemasaran yang tepat dan efektif harus segera dilakukan oleh Kemenparekraf.
“Khususnya saat ini terhadap destinasi super prioritas. Gagasan untuk meningkatkan kualitas wisman yang berkunjung, tentu membutuhkan strategi yang berbeda,” katanya.
Menurut Bayu, setidaknya ada tiga hal yang harus segera ditindaklanjuti oleh Kemenparekraf, yaitu pertama mempertajam positioning di lima daerah destinasi super prioritas.
"Ini sangat penting, karena keberadaan itulah yang akan menjadi daya tarik yang menempel di benak wisman yang menjadi target pasar destinasi wisata tersebut. Kalau ingin wisman yang datang adalah yang premium, keberadaan daerah destinasi pun harus disesuaikan dengan target market tersebut," ujar Bayu.
Kedua, mempertajam diferensiasi masing-masing destinasi, yang kemudian dikomunikasikan secara konsisten kepada negara target market.
"Mempertajam diferensiasi sangatlah penting, karena itulah yang akan membedakan daerah destinasi wisata yang satu dengan yang lainnya. Daerah wisata yang didatangi oleh wisman dengan kualitas premium, harus didukung akses, amenitas, dan attraction serta people yang berkualitas pula," terang Bayu.
Hal itu juga perlu didukung produk yang inovatif, baik wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan, kata Bayu yang pernah menjadi tim ahli Tourism 4.0.
Ketiga, Bayu menambahkan, komunikasi yang tepat untuk membentuk branding dari masing-masing destinasi wisata.
Positioning dan diferensiasi masing-masing destinasi wisata tersebut, selanjutnya harus dikomunikasikan dengan tepat sesuai target market, negara asal wisman. “Seharusnya different segment harus mempunyai differfent komunikasi pula,” katanya.
Positioning Toba
Di sisi lain, salah satu daerah destinasi wisata super prioritas pun perlu segera dikembangkan menyusul pembangunan infrastruktur yang sedang berlangsung.
Dewan Pembina Akademi Pariwisata ULCLA Toba, Frans Meroga Panggabean, MBA, menjelaskan, positioning yang tepat untuk Toba adalah Enjoying 1000 Eden Experience of Toba.
“Itu didukung dengan beragam wisata alam, budaya dan kuliner yang siap untuk ditawarkan kepada wisman yang akan berkunjung ke Toba,” katanya.
Dengan positioning ini, Frans menilai polemik mengenai Toba yang akan dilabel destinasi wisata ramah Muslim tidak berlanjut.
"Ini saat yang tepat untuk mempromosikan Toba sebagai destinasi tujuan wisata kepada wisman mancanegara dari berbagai latar belakang. Dukungan infrastruktur yang sudah dan sedang dibangun akan mempermudah wisman datang ke Toba," ujar Frans.
Artinya akses akan lebih mudah, hanya tinggal melengkapi amenitas dan meningkatkan kesiapan masyarakat dan SDM, supaya wisman dan wisnus nyaman dan betah menikmati indahnya Toba.
Frans menambahkan, lebih lanjut, pariwisata yang ditetapkan sebagai leading sector harus didukung oleh Kementerian terkait seperti, Kementerian Koperasi dan UKM, serta BKPM. “Karena daerah destinasi super prioritas membutuhkan investor untuk mendukung geliat pariwisata di daerah itu,” katanya.
Di sisi lain ribuan pengrajin kain tenun, pengrajin ukiran kayu, membutuhkan pembinaan dari pihak terkait.
“Karenanya surat keputusan bersama dari kementerian terkait sudah seharusnya dibentuk, agar percepatan pembangunan pariwisata di lima daerah super priorotas segera terwujud," kata alumnus Grenoble Universite itu.