Jakarta (ANTARA) - Atlet para atletik Indonesia Karisma Evi Tiarani mengaku tak menyangka bisa meraih medali emas serta memecahkan rekor pada kejuaraan dunia di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Rabu (13/11).
Perempuan berusia 18 tahun itu menyelesaikan perlombaan dengan catatan waktu 14,72 detik sekaligus mencetak rekor dunia baru di nomor 100 meter putri kelas T36. Ia berhasil melampaui atlet asal Italia, Monica Graziana Contrafatto, yang berada di posisi kedua dengan catatan waktu 15,56 detik, dan tempat ketiga dihuni Gitte Haenen asal Belgia (15,60 detik).
Atas torehannya tersebut, Karisma pun berhak mendapatkan tiket ke Paralimpik 2020 Tokyo.
Baca juga: Dalilah Muhammad raih emas lari gawang 400m putri dan rekor dunia
“Tidak menyangka karena saya harus bersaing dengan senior,” kata Karisma saat dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Karisma mengakui bahwa dirinya tak mematok bisa meraih medali emas apalagi memecahkan rekor dunia karena ia merasa bahwa pesaingnya merupakan atlet-atlet senior yang jauh lebih berpengalaman dibandingkan dirinya.
“Lawannya luar biasa, karena sebagian besar atlet-atlet senior yang sudah berpengalaman,” ungkapnya.
Baca juga: Pelari Edris pertahankan gelar juara dunia 5.000m putra
Sementara itu, sang pelatih Purwo Adi Sanyoto mengungkapkan bahwa tak ada program latihan khusus yang diberikan. Ia dan tim pelatih hanya memberikan program serupa yang dipersiapkan untuk menghadapi Asean Paragames.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa sebelumnya Karisma telah memecahkan rekor dunia dalam turnamen Handisport Paris Open pada akhir Agustus lalu. Dalam kejuaraan tersebut, Karisma mencetak waktu 14,90 detik.
“Sebelum di event bergengsi ini, world record pertamanya sebenarnya di Paris. Kemudian dipecahkan lagi di sini (Dubai) atas namanya sendiri,” tutur Purwo Adi.
Purwo pun tak menyangka dengan perolehan anak asuhnya itu karena bagaimanapun ia tak menyangkal bahwa persaingan di kejuaraan dunia sangat ketat apalagi didominasi oleh atlet elit dunia.
Namun begitu, Purwo dan Karisma tak mau berlarut-larut dalam capaian manis tersebut karena masih ada kejuaraan lain yang harus dihadapi yakni Asean Paragames dan Paralimpik 2020 Tokyo.
“Kita sebagai tim pelatih tentunya bangga dengan pencapaian ini. Akan tetapi, ada tujuan lain yang harus segera dihadapi yaitu Asean Paragames dalam waktu dekat ini dan Paralimpik Tokyo,” ujarnya.