Denpasar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Bali beserta jajaran terkait mematangkan penyusunan prosedur operasional standar mitigasi dalam menghadapi kemungkinan situasi krisis akibat bencana untuk di Bandara Internasional Ngurah Rai.
"Erupsi Gunung Agung yang terjadi di Bali telah memberi pengalaman kepada kita dalam menghadapi situasi krisis di Bandara Ngurah Rai," kata Sekretaris Daerah Bali Dewa Made Indra saat menghadiri diskusi kelompok terfokus (FGD) 'Penyusunan Pra-Cetak Buku SOP Mitigasi dan Pola Sinergitas Para Pihak dalam Pelayanan Wisatawan pada Saat Bandara Ngurah Rai Ditutup', di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, karena meletusnya Gunung Agung, maka terbentuklah Bali Tourism Hospitality. "Jika tidak ada abu (vulkanik-red) mengarah ke Bandara Ngurah Rai, kita tidak membuat SOP ini. Karena menghadapi krisis, kami menyiapkan diri agar bisa mengendalikan situasi jika terjadi kembali," ujar pria yang juga Ketua Bali Tourism Hospitality itu.
Dewa Indra menambahkan, fenomena alam tidak menjadi bencana sebelum bertemu dengan manusia. Oleh karena itu dengan upaya mitigasi, risiko yang dihadapi manusia bisa dikalkulasi dan dikendalikan.
Itu sebabnya, lanjut dia, ada tiga hal penting yang harus ada dalam situasi krisis. Ketiga hal itu adalah kepemimpinan, institusi yang di bawah kendali kepemimpinan dan prosedur standar operasional (SOP).
"Dengan adanya Bali Tourism Hospitality, maka Bali sudah memiliki ketiga hal tersebut. Tinggal mematangkan SOP," ujar mantan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali saat Gunung Agung meletus pada Tahun 2017 itu.
Baca juga: BPBD Bali: tingkatkan kewaspadaan soal gempa
Dewa Indra berharap SOP ini nantinya juga dilatih sehingga jika benar-benar terjadi situasi krisis semua pihak sudah mengetahui benar apa yang harus dilakukan.
Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Pariwisata I Gde Pitana mengatakan Bali yang berada di wilayah cincin api harus siap mengantisipasi bencana.
Menurutnya banyak kasus yang justru bencana bisa menjadi positif dan menjadi promosi pariwisata. "Karena penanganannya bagus sehingga menjadi 'trending topic' dan banyak yang memuji," ucap Pitana pada acara yang digelar oleh Kementerian Pariwisata itu.
Melalui FGD tersebut, draf SOP yang sudah dibuat selama berbulan-bulan dilakukan pendalaman kembali dengan melibatkan institusi terkait sehingga menghasilkan SOP yang baik.
Baca juga: Gempa Jembrana tak ganggu persembahyangan Galungan di Bali