Sydney, Australia (ANTARA) - Juara dunia dan mantan peraih medali emas Olimpiade lari halang rintang tinggi, Sally Pearson, yang menjadi atlet lari Australia paling berhasil dalam generasinya, terpaksa memupus impiannya berlomba pada Olimpiade Tokyo 2020 dengan mengumumkan pensiun dari cabang olahraga ini, Senin.
Pelari berusia 32 tahun asal Queensland yang meraih medali emas 100 meter halang rintang Olimpiade London 2012 dan juara dunia 2011 serta 2017 itu menyatakan terpaksa mengambil keputusan itu karena terus-terusan dibekap cedera.
"Setelah 16 tahun menjadi bagian tim Australia kini saatnya untuk gantung sepatu," kata Pearson dalam jumpa pers di Sydney.
"Setiap waktu saya ingin lari cepat, tubuhku tak menginginkannya. Oleh karena itu, saya kira saya tak sanggup lagi menahan cedera dan saya punya keraguan besar tahun depan saya bisa melanjutkan ke level yang saya harapkan untuk saya sendiri."
"Saya bangga kepada karir saya dan yang telah saya capai, semoga mengilhami generasi atlet mendatang kita," sambung Pearson seperti dikutip Reuters.
Baca juga: Indonesia kirim 10 atlet Kejuaraan Atletik di Qatar
Baca juga: Jokowi bangga Muhammad Zohri juara dunia atletik U-20
Pearson mengawali kejayaan ketika merebut medali perak Olimpiade 2008 dan dinobatkan oleh IAAF sebagai atlet putri terbaik setelah menjadi juara dunia di Daegu pada 2011.
Dia mendominasi 100m lari gawang putri pada tahun berikutnya sampai Olimpiade London untuk menyabet medali emas dengan waktu 12,37 detik.
Setelah tumbang di Roma, Pearson khawatir lengannya mesti diamputasi karena dokter menyebut cedera yang dia alami merupakan "ledakan tulang" pada pergelangan tangannya.
Dia kembali diserang cedera yang kali ini menimpa betis dan tulang keting sehingga memupus ambisi mempertahankan emas Olimpiade setelah tak bisa turun berlomba pada Olimpiade Rio gara-gara cedera hamstring.
Dia sempat turun lagi ke lintasan atletik pada kejuaraan dunia 2017 dimana dia menjuarai halang rintang 100m dengan waktu 12,59 detik.