Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengaku optimistis bahwa Indonesia akan bisa terhindar dari apa yang disebut sebagai jebakan utang Belt and Road Initiative (Inisiatif Jalur Sutra), karena Indonesia menggunakan skema "B to B".
"Ada yang memperingati debt trap, itu untuk yang skemanya tidak seperti kita. Kita tidak melakukan perjanjian G to G (antarpemerintah), kita gunakan skema B to B (antarbadan usaha). Itu sangat baik untuk mengurangi resiko jebakan ini," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Luhut menyampaikan hal tersebut di tengah rangkaian Belt and Road Forum di Beijing, China, Jumat. Menurut dia, dengan skema B to B, tidak ada uang pemerintah yang disertakan dalam proyek-proyek tersebut.
Pemerintah hanya terlibat dalam studi kelayakan yang menyangkut lingkungan hidup, nilai tambah, transfer teknologi, skema bisnis dan pemanfaatan tenaga kerja lokal.
"Seperti yang kami lakukan di Morowali, sekarang kami sudah punya politeknik yang mendidik calon-calon tenaga kerja dalam bidang teknik. Setelah 3-4 tahun nanti mereka akan menggantikan tenaga-tenaga kerja asing yang ada di sana, sehingga anak-anak Indonesia, pekerja-pekerja Indonesia, akan ikut menikmati juga. Inilah yang disebut sama-sama untung," jelasnya.
Niat Baik
Pada pidatonya, Presiden China Xi Jinping mengatakan tidak berusaha menjebak siapa pun dengan utang dan hanya memiliki niat baik. Menurutnya Inisiatif Jalan Sutra akan fokus pada transparansi dan pemerintahan yang bersih. Proyek besar infrastruktur dan perdagangan harus menghasilkan pertumbuhan "berkualitas tinggi" bagi semua orang.
Menanggapi hal tersebut, Luhut melihat InisiatifJalur Sutra bukanlah ancaman bagi perekonomian global tetapi malah meningkatkan daya saing di kawasan.
"Kita melihat Uni Eropa memperluas rencana konektivitas blok Eropa-Asia, Rusia membangun Uni Ekonomi Eurasia, dan Amerika Serikat menciptakan kemitraan investasi infrastruktur Indo-Pasifik," jelasnya.
Sementara Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde meminta negara-negara berhati-hati menanggapi isu jebakan utang itu.
"Jika tidak dikelola dengan hati-hati, investasi infrastruktur memang dapat menyebabkan utang yang bermasalah. Sebaiknya utang ini harus digunakan untuk pemakaian yang tepat, dan berkelanjutan di semua aspek," pesannya.
Dalam kegiatan 2nd Belt & Road Forum for International Cooperation (BRFIC) diselenggarakan 25-27 April 2019 di Beijing, China, delegasi Indonesia dipimpin oleh Wakil Presiden M Jusuf Kalla dengan didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi M Nasir, serta Kepala BKPM Thomas Lembong.