Denpasar (ANTARA) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggelar seminar nasional mengenai peluang dan tantangan seni pertunjukan Nusantara memasuki era Revolusi Industri 4.0 dengan harapan menjadi wadah memecahkan berbagai persoalan krusial dan mewacanakan isu-isu aktual.
"Kami harapkan dengan seminar ini, akan terbangun wacana kritis seni pertunjukan yang mampu memberikan arah kemajuan seni pertunjukan yang lebih signifikan seiring tuntutan estetika masyarakat luas, tuntutan inovasi kritis akademis, dan tuntutan pasar global," kata Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar Dr I Komang Sudirga dalam acara pembukaan seminar tersebut di Kampus ISI Denpasar, Selasa.
Menurut dia, meskipun Revolusi Industri terkait dengan otomatisasi berbagai bidang sendi kehidupan, kreativitas seni tidak bisa lantas diotomatisasi sehingga sesungguhnya hal itu menjadi peluang bagi mereka yang bergelut di bidang kesenian.
"Meskipun mesin sudah banyak menggantikan peran manusia, tetapi kami masih tetap optimistis kegiatan kreatif yang melibatkan olah rasa akan sulit digantikan oleh mesin. Ekspresi seni dan rasa tidak bisa disaingi oleh mesin, contohnya saja gerakan mata 'nyeledet' mana mungkin digantikan oleh mesin," ucapnya.
Namun demikian, lanjut Sudirga, tetap perlu didiskusikan bagaimana memberdayakan teknologi dan seni.
Di samping itu, dari arahan berbagai narasumber seminar, diharapkan dapat membuka kesadaran baru dalam dunia kreativitas seni yang fungsional dan bernilai ekonomis, serta berbasis teknologi menuju Indonesia kreatif.
"Kami mendorong pengembangan seni pertunjukan melalui pemanfaatan teknologi digital dalam berinovasi, membangun komunikasi estetis dan berkolaborasi untuk menciptakan karya seni pertunjukan yang unggul," ucap dia.
Seminar tersebut menghadirkan Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni ISI Denpasar Prof Dr I Nyoman Artayasa MKes sebagai pembicara kunci dengan makalah berjudul Pengkajian dan Penciptaan Seni, dan tiga narasumber lainnya, yakni Dr RAJ Siti N Kusumastuti (Institut Kesenian Jakarta), Dr Suhendi Afryanto SKar, MM (Institut Seni Budaya Indonesia), dan Dr Sugeng Nugroho SKar MSn (ISI Surakarta).
Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni ISI Denpasar Prof Dr I Nyoman Artayasa MKes mengatakan seminar tersebut menjadi ajang untuk meningkatkan diskusi dalam forum ilmiah.
"Ketika berdiskusi seni, kadang kita lupa bahwa yang diskusikan itu di luar seni itu sendiri, bukan tentang seni itu sendiri, bagaimana seni itu diciptakan, dan bagaimana mengkaji seni sesungguhnya. Dengan sering kita berkumpul dalam forum seperti ini mudah-mudahan bahasa digunakan, memang yang menjadi milik kita menjadi keseharian kita," ucap dia.
Dikaitkan dengan Revolusi Industri 4.0, pihaknya juga sedang menyusun "big data" terkait apa yang diunggulkan dalam seni dan juga mendiskusikan sisi humanis seni.
Dengan rutin melaksanakan seminar ilmiah, menurut Artayasa, juga mampu untuk meningkatkan sitasi ISI Denpasar dan juga antarlembaga.
Seminar tersebut selain diikuti oleh seluruh dosen Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, juga sejumlah akademisi dari IHDN Denpasar, Unhi Denpasar, Stikom Bali, dan IKIP PGRI Bali.
ISI seminarkan seni pertunjukan era Revolusi Industri 4.0
Selasa, 23 April 2019 17:50 WIB