Denpasar (Antara Bali) - Tari-arian Bali mengalami masa keemasan pada zaman kejayaan kerajaan di Pulau Dewata pada abad XV-XIX, yang ditandai dengan terciptanya drama tari, bahkan gambuh menjadi salah satu tari kesayangan keluarga raja.
Kondisi itu didukung oleh hubungan Bali dengan dunia barat sejak akhir abad XIX yang mendorong tumbuhnya tari-tarian kreasi modern, kata Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Kadek Suartaya di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, munculnya seni tari kreasi yang dikembangkan dari tari sakral primitif dan tradisi feodal berawal dari munculnya gamelan gong kebyar di wilayah utara Bali pada tahun 1915.
Gamelan modern Bali yang dikembangkan dari gamelan klasik Gong Gede ini menstimulasi tumbuh suburnya tari-tarian baru yang lazim disebut seni pertunjukan kebyar. Koreografi tari kebyar yang menonjolkan aspek improvisasi ini digarisbawahi oleh tata musikal gamelan yang rumit dalam ungkapan yang menggairahkan. I Ketut Marya misalnya adalah maestro tari kebyar dengan ciptaannya yang monumental.
Demikian pula tari Kebyar Duduk atau tari Kebyar Terompong, Tari tunggal ciptaan tahun 1925 yang biasanya dibawakan seorang pemuda tampan ini, hingga sekarang masih lestari dan tetap mempesona penonton.(**)
Tarian Bali Alami Masa Keemasan
Minggu, 25 September 2011 11:18 WIB