Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster menginginkan sejumlah produk pertanian yang sudah terkenal dari Pulau Dewata bisa diekspor dan menyaingi hasil pertanian dari Bangkok, Thailand.
"Kita harus mengupayakan bagaimana membuat produk pertanian Bali lebih awet dan tahan lama dengan radiasi gamma dan salah satu negara yang sudah melakukan ini adalah Thailand," kata Koster saat melepas ekspor komoditas pertanian senilai Rp17,4 miliar di Packing House PT Buah Angkasa Bali, Pelabuhan Benoa, Denpasar, Kamis.
Pihaknya berkomitmen akan mendorong agar sektor pertanian di Bali terus mengalami kemajuan dan akan membuat kebijakan yang menyentuh dari hulu ke hilir.
Setelah menerbitkan Pergub No 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali, maka dia berharap produk pertanian Bali yang sudah terkenal bisa diekspor.
Koster menilai kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi Bali yang hanya 14,5 persen itu terlalu kecil dari potensi yang sebenarnya.
"Karena itu kalau pergub sudah berjalan, masuk ke hotel dengan harga minimum 20 persen di atas harga produksi, industri berkembang, sentranya berkembang. Lantas kami akan mendorong produk ekspornya berstandar," ujarnya.
Salah satu program yang akan dikembangkannya adalah membuat rumah desain sebagai tempat membuat desain kemasan produk-produk yang akan diekspor.
Selain itu, Gubernur Bali juga akan meminta masukan dari para eksportir untuk mengurangi hambatan dan kesulitan yang ada. "Beri kami pengetahuan apa yang dilakukan negara lain supaya kami bisa mengimbangi produk-produk mereka," ucapnya.
Terkait penggunaan teknologi radiasi gamma agar hasil pertanian lebih awet, Koster mengatakan Bangkok saat ini sudah memiliki enam alat seperti itu, sementara Indonesia apalagi Bali belum memilikinya. Kabupaten Buleleng menurutnya telah membuat proposal studi untuk mengadakan alat tersebut.
"Saya dalam waktu dekat akan mengupayakan itu supaya nantinya barang-barang (pertanian) begini tidak cepat busuk, rusak dan tidak ada ulatnya, sehingga akan bisa bertahan lama tidak akan jatuh harganya," ujar Koster.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Denpasar I Putu Terunanegara mengatakan pada tahun 2018 Bali berhasil mengirim 4.096 ton manggis ke Tiongkok. Bahkan pada triwulan pertama 2019 jumlah ekspor manggis sudah mencapai 631 ton dengan nilai devisa hingga Rp45 miliar.
Menurut Terunanegara selama ini tidak ada notifikasi non complain dari negara tujuan yang artinya produk pertanian Bali sudah sesuai standar. Sementara mulai Maret 2019 ini, produk pertanian lagi yakni salak gula pasir mulai melakukan ekspor perdana sebanyak 0,5 ton ke Kamboja. Ke depan sedang dipersiapkan secara rutin ekspor salak gula pasr sebanyak 50-100 ton per bulan.
Acara pelepasan ekspor ini juga dihadiri Kepala Balai Besar Karantina Soekarno Hatta Imam Djajadi, anggota Komisi IV DPR RI Made Urip dan AA Bagus Adhi Mahendra Putra.***1***
Koster inginkan ekspor produk pertanian Bali saingi Bangkok
Kamis, 21 Maret 2019 19:53 WIB