"Senin (21/1) malam saat kejadian, setelah mendapat laporan, kita langsung turun dan sterilkan lokasi. Ada beberapa rumah yang posisinya rawan sehingga kita minta penghuninya untuk mengungsi sementara," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Tabanan, I Putu Trisna Widiatmika, di Tabanan, Selasa.
Ia menjelaskan warga yang tinggal di rumah yang rawan itu mengungsi ke rumah sanak saudara untuk sementara waktu. "Ambruknya rumah itu terjadi sekitar pukul 22.30 Wita saat hujan deras masih mengguyur," katanya.
Secara terpisah, seorang saksi mata, Bagas, mengaku peristiwa itu diawali dengan suara gemuruh yang diikuti oleh ambruknya rumah blok G-41 yang posisinya memang paling pinggir barat di bibir Sungai Yeh Panahan.
"Awalnya, gemuruh yang mengakibatkan satu rumah ambruk, saya sama keluarga langsung mengeluarkan mobil, motor, dan terus mengungsi ke rumah saudara," ujar Bagas yang rumahnya bersebelahan dengan rumah yang ambruk itu.
Akibatnya, rumah milik Rahmat yang memang tidak berpenghuni itu masuk ke dalam sungai tanpa ada bagian yang tersisa, namun hal itu membuat beberapa orang warga yang menghuni sejumlah rumah di sebelahnya pun mengungsi, karena bagian bawahnya sudah terkikis dan bisa ambruk kapan saja.
Sebelumnya (17/1), hujan yang mengguyur selama beberapa hari juga mengakibatkan longsor di Bukit Abang, Kintamani, Kabupaten Bangli, sehingga memutuskan akses jalan di tiga desa yaitu Desa Abang Batundinding, Desa Trunyan ke Desa Buahan, hingga Jumat (18/1).
Sementara itu, Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, juga kembali meletus pada Selasa (22/1) sekitar pukul 03.42 Wita selama 2 menit.
Pos pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Karangasem, menyebutkan, tinggi kolom abu yang teramati mencapai 2.000 meter di atas puncak kawah. (ed)