Negara (Antara Bali) - Pemkab Jembrana akan mengevaluasi jarak tempuh gerak jalan, khusus untuk siswi SMA dalam rangka HUT Kota Negara dan HUT RI.
Sekkab Jembrana I Gede Gunadnya di Negara, Kamis mengatakan, evaluasi tersebut dilakukan menyusul adanya puluhan siswi yang pingsan dan harus dirawat di RSU Negara usai mengikuti gerak jalan, Rabu (10/8).
Menurut Gunadnya, salah satu opsi yang akan diambil untuk kegiatan serupa di tahun 2012 mendatang adalah mengembalikan jarak tempuh ke 8 kilometer.
Tahun ini, panitia menambah jarak tempuh dari 8 kilometer menjadi 17 kilometer dan diduga hal itulah yang menyebabkan puluhan murid perempuan pingsan karena kelelahan.
Gunadnya menilai, peristiwa itu terjadi karena siswi-siswi kurang latihan akibat banyaknya kegiatan di sekolah.
"Latihan yang mereka lakukan minim dan jarak tempuhnya rata-rata lebih pendek dengan jarak tempuh saat lomba," ujar Gunadnya yang juga merupakan Ketua Panitia HUT Kota Negara dan RI ini.
Terkait dengan biaya pengobatan siswi yang harus dirawat di RSU Negara, ia mengatakan, mereka bisa berobat gratis karena merupakan warga Jembrana.
"Saya sudah berkoordinasi dengan direktur RSU Negara tentang hal tersebut," kata Gunadnya.
Direktur RSU Negara dr Made Dwipayana MKes saat dikonfirmasi membenarkan sudah adanya koordinasi dari pihak panitia.
Untuk siswi yang sudah bayar juga diakui oleh Dwipayana karena mereka tidak punya KTP serta ada yang biayanya melebihi dari tanggungan JKJ.
"Saya dengar uangnya akan diganti oleh panitia langsung ke pihak sekolah," ujarnya seraya menambahkan, masih ada 2 siswi yang harus rawat inap dan persoalan biaya sudah tertanggulangi.
Dua siswi yang dirawat yaitu Made Ayu Purnawati dari SMA Suta Dharma kondisinya terus membaik, sementara Putu Mirayanti dari SMA PGRI Negara kondisinya masih lemah.
Sebelumnya diberitakan, puluhan siswi peserta gerak jalan dalam rangka peringatan HUT Kota Negara dan HUT Proklamasi, Rabu sore pingsan dan harus dirawat di RSU Negara.
Informasi dari beberapa guru saat ditemui di RSU Negara, para siswi ini kebanyakan pingsan beberapa saat setelah menyentuh garis finish di depan Gedung Kesenian Bung Karno.
Kejadian ini disesalkan oleh para guru karena pihak panitia terkesan lepas dari tanggung jawab.
Salah seorang guru mengungkapkan, saat puluhan siswi menjalani perawatan di rumah sakit, tidak seorang panitia pun menampakkan diri.
Selain itu, pihak sekolah juga harus menanggung sendiri biaya perawatan siswi-siswinya dengan besaran bervariatif antara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu.(**)