Singaraja, Bali (Antaranews Bali) - Pemkab Buleleng membiayai revitalisasi Pasar Banyuasri, Buleleng, dengan memanfaatkan dana APBD murni karena usulan dana dari pemerintah pusat tak sepenuhnya disetujui.
"Walau bantuan dana ke APBN tidak memenuhi kebutuhan maksimal, namun revitalisasi Pasar Banyuasri tetap dilaksanakan secara bertahap dengan menggunakan dana APBD," kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Buleleng Ketut Suparto di Singaraja, Buleleng, Rabu.
Ia mengatakan, Pemkab Buleleng sebelumnya mengusulkan dana maksimal Rp100 miliar untuk revitalisasi Pasar Banyuasri, namun hanya disetujui Rp6 miliar.
Sesuai dengan DED yang sudah disusun pada tahun ini, revitaliasi akan dilakukan bertahap sampai tiga kali anggaran. Pertama, tahun 2019 dengan alokasi dana Rp50 miliar untuk pembangunan struktur gedung pasar. Tahun 2020, kembali akan dialokasikan anggaran untuk tahap dua.
"Jika nanti ketersedian anggaran melebihi dari tahap pertama, bisa saja revitalisasi dituntaskan hanya dengan dua kali anggaran saja. Namun jika tidak, maka target penuntasan revitalisasi tuntas sampai tahun 2021," katanya.
Suparto menambahkan, selama proyek revitalsiasi, pedagang di Pasar Banyuasri akan dipindahkan ke lokasi pasar darurat. Saat ini, Disdagprin bersama Perusahaan Daerah (PD) Pasar Buleleng telah mengkaji sejumlah lokasi pasar darurat.
"Dari skema awal, pedagang akan berjualan sementara mulai dari areal Terminal Banyuasri dan di badan Jalan Samudra dan sekitarnya," katanya.
Dulu, sewaktu revitalisasi pasar pasca-terbakar pernah ada relokasi pedagang ke areal terminal dan Jalan Samudra.
"Nah nanti dalam revitalsiasi akn kembali kita siapkan pasar darurat di lokasi tersebut,” katanya.