Denpasar (Antaranews Bali) - Pementasan Tari Gambuh Anak-Anak dari Sanggar Seni Asti Swara, Banjar Kepisah, Kota Denpasar, mampu "membius" pengunjung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 di Taman Budaya, Bali.
Pembina Sekaa (kelompok) Sanggar Seni Asti Swara, I Nyoman Sudiana, di Denpasar, Sabtu, mengatakan pihaknya berupaya untuk menunjukkan kebolehan melalui garapan seni yang ditampilkan, sehingga mampu membuat decak kagum penonton yang mengunjungi PKB.
Ia mengatakan Sanggar Seni Asti Swara di PKB merupakan kesempatan mengenalkan sanggar kepada masyarakat, sekaligus melestarikan kesenian Gambuh dari Desa Pedungan.
"Kebetulan, di Desa Pedungan, Tarian Gambuh difungsikan sebagai kesenian sakral dan dipentaskan setiap enam bulan sekali saat Rahina Tumpek Wayang di Pura Puseh Desa Pedungan," ujarnya.
Pementasan kesenian Gambuh di PKB itu diiringi gamelan Semarpegulingan. Tujuannya, untuk mempersingkat durasi, karena durasi pementasan kesenian gambuh klasik yang asli dapat menghabiskan durasi hingga pagi hari. Jadi, kali ini dipadatkan durasinya.
Sudiana menjelaskan untuk pelatihan kesenian tersebut dilakukan selama tiga bulan. Karena anak-anak tersebut memiliki dasar sebagai pemain Gender Wayang, jadi tinggal mengajarkan aransemen baru dan tidak belajar dari nol.
"Gelungan yang dipakai para penari Gambuh di PKB juga merupakan duplikasi dari Gelungan Sesuwunan Pura Puseh berupa Gelungan Panji. Karena gelungan (sarana pelengkap menari) dan beberapa gelungan lainnya di pura tersebut bersifat sakral," katanya.
Sudiana mengatakan lakon yang ditampilkan Sanggar Seni Asti Swara dalam pementasan tersebut mengisahkan "Maharaja Kerajaan Lasem" memperluas wilayahnya sedang mengadakan pertemuan dengan Kerajaan Pajang Mataram. Akhirnya disepakati Kerajaan Lasem akan menyerang Kerajaan Gegelang karena rajanya tidak mau tunduk.
Maka, diutuslah Raja Pajang Mataram beserta pasukannya menyerang Kerajaan Gegelang. Mendengar kabar itu, Raja Gegelang bersiap melawan dengan mengutus Raden Panji beserta pasukannya. Raja Pajang Mataram tiba di perbatasan Kerajaan Gegelang. Dilihatlah banyak pondok rakyat Gegelang.
Selanjutnya, Raja Pajang Mataram membakar pondok-pondok tersebut. Melihat itu, Raden Panji marah dan mencari pelakunya. Diperjalanan, Raden Panji bertemu Raja Pajang Mataram beserta pasukannya sedang membakar pondok- pondok, maka terjadilah pertempuran. Pertempuran tersebut sebagai akhir dari kisah pagelaran gambuh tersebut. (ed)
Tari Gambuh Anak-anak "bius" pengunjung PKB
Sabtu, 14 Juli 2018 15:03 WIB