Denpasar (Antara Bali) - Penampilan tari Gambuh dengan lakon "Kang Cing We" yang dipadukan dengan berbagai inovasi dan lawakan, menghibur penonton Pesta Kesenian Bali ke-38 di Taman Budaya Denpasar, Selasa.
"Kami menginovasi Gambuh yang sudah ada, yang kami istilahkan Gambuh Anyar, sebagai upaya kami agar generasi muda tidak lari dari tradisi dan berkeinginan untuk mempelajari salah satu tarian klasik ini," kata Putu Dedi Puspantara, Koordinator Tari Gambuh Anyar dari SMKN 4 Bangli itu di sela-sela pementasan tersebut.
Inovasi dalam penampilan tari Gambuh yang dibawakan oleh guru beserta siswa-siswi SMKN 4 Bangli itu diantaranya terlihat saat keluarnya adegan "Barong Landung".
Umumnya dua tokoh "Barong Landung" yang disakralkan oleh umat Hindu yang berbentuk besar dan tinggi setinggi Ondel-Ondel di Betawi itu ditarikan masing-masing oleh seorang penari. Namun dalam pementasan itu, untuk satu tokoh Barong Landung dibawakan oleh dua penari.
Dalam pementasan tersebut, penari perempuan duduk di atas pundak penari laki-laki sambil mengenakan topeng dengan menggunakan kain panjang sehingga terlihat seperti bentuk Barong Landung pada umumnya. Jadi, dua tokoh "Barong Landung" total dibawakan oleh empat penari.
Inovasi lainnya adalah dibawakannya beberapa lawakan segar oleh dua seniman, padahal Gambuh sebenarnya adalah salah satu kesenian klasik yang jika dilihat dari gerakan tarinya terikat dengan pakem-pakem dan bahasa yang digunakan penarinya saat berdialog terkesan serius karena menggunakan bahasa Jawa Kuno.
Sementara itu, Ida Bagus Made Ngurah Widiasa (Gus Topok), salah satu seniman yang membawakan lawakan dalam pementasan itu mengatakan sengaja diselipkan humor dalam tarian tersebut karena dia melihat kebanyakan penonton belum bisa menerima kesenian bersifat klasik secara utuh.
"Umumnya penonton baru bisa menerima kesenian itu jika ada lawakannya. Apalagi Gambuh kalau dilihat dari sisi pementasan, cara bicara, yang terkesan serius seringkali menjadikan kurang gregetnya bagi para penonton," ucapnya.
Secara ringkas, pementasan Gambuh itu menceritakan tentang Kerajaan Balingkang yang dipimpin oleh Raja Jaya Pangus dengan permaisurinya yang merupakan seorang putri dari Tiongkok bernama Kang Cing We.
Raja Jaya Pangus dan Kang Cing We adalah pasangan yang serasi dan sangat dikagumi oleh rakyatnya namun sayang lama hidup bersama mereka belum memiliki keturunan. Oleh karena itu Raja jaya Pangus berkeinginan melakukan tapa brata untuk memohon anak di wilayah Batur.
Dalam perjalanan menuju tempat bersemedi, Raja Jaya Pangus bertemu dengan Dewi Danu dan mereka saling jatuh cinta. Saat mereka sedang memadu cinta datanglah Kang Cing We dan langsung marah.
Dewi Danu pun merasa dibohongi oleh Jaya Pangus dan marahlah Dewi Danu dan ketika keadaan menjadi semakin kalut, lalu turunlah Dewi Batur (ibunya Dewi Danu). Dewi Batur mengutuk Jaya Pangus dan Kang Cing We menjadi Arca Barong Landung. (WDY)
Tari Gambuh Inovasi Hibur Penonton PKB
Rabu, 29 Juni 2016 6:28 WIB