Muaratebo (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Tebo, Jambi, akan mengembangkan potensi Hutan Suaka Alam Kebun Raya Bukit Sari menjadi salah satu tempat pariwisata andalan di wilayah itu.
Pasalnya, hutan kebun raya seluas 150.50 hektare itu memiliki aneka jenis pohon-pohon langka seperti pohon plajau, tenggeris, meranti, jelutung, kedondong, kenari dan terap serta keberagaman hayati, terutama jenis unggas atau burung, demikian dilaporkan, Minggu.
Penjabat Bupati Tebo Havis Husaini di Tebo mengatakan, potensi tersebut sangat layak untuk dikembangkan kembali dan dijual sebagai tempat kunjungan wisata andalan kabupaten itu.
Wisatawan utamanya dari mancanegara selalu mengunjungi tempat-tempat yang masih alami dan terjaga habitatnya. Mereka lebih kerasan datang ke sana daripada ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas modern.
Hutan Kebun Raya Bukit Sari yang berjarak sekitar 60 Km dari ibukota kabupaten atau 160 kilometer dari Kota Jambi itu memiliki potensi tujuan para wisatawan tersebut.
"Mungkin perlu sedikit perombakan atau penambahan fasilitas, seperti saung dan jalan setapak untuk menuju ke dalam hutan, sehingga para pengunjung betah berlama-lama di sana untuk menikmati segala yang ada di dalamnya," ujarnya.
Selain menambah berbagai fasilitas unuk para wisatawan, Bupati juga berencana menjadikan tempat itu sebagai salah satu cagar pohon langka jenis bulian.
Tempat itu sangat cocok untuk mengembangkan pohon jenis itu, karena iklim dan struktur tanahnya sangat cocok untuk pohon asli dari tanah Jambi itu.
"Sekarang ini kita sudah susah untuk mencari dan menemukan pohon jenis bulian, tidak ada salahnya pohon itu kita kembangkan di sana. Kebetulan di Dinas Kehutanan Provinsi Jambi ada sekitar 1.200 bibit pohon bulian yang dapat kita manfaatkan," kata pria yang juga menjabat Asisten I Pemprov Jambi itu.
Sementara itu, dari pantauan ANTARA di lokasi Kebun Raya Bukit Sari di Kecamatan Tebo Ilir itu kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Selain terlihat kotor, berbagai fasilitas bangunan di sana juga penuh dengan coretan-coretan liar.
Jalan setapak dari batako yang dibuat untuk para pengunjung masuk sampai ke dalam hutan terlihat rusak. Batu-batunya banyak yang hilang atau tercampak sehingga jalan itu menjadi putus.
Selain itu, pohon-pohon tumbang yang melintang di jalan setapak itu juga menghambat para pejalan kaki untuk masuk.
Pada hari-hari tertentu, banyak muda-mudi berpasang-pasangan, atau berombongan yang datang mengunjungi tempat itu. Menurut warga sekitar, tempat itu memang banyak dimanfaatkan oleh muda-mudi untuk memadu kasih.
"Banyak anak muda yang datang ke sini untuk berpacaran. Sepertinya tempat ini memang mereka jadikan lokasi tempat pacaran," kata warga.(*)
