Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali meningkatkan penanganan terhadap penularan penyakit HIV/AIDS dengan mengintensifkan peran dan fungsi tiga instansi terkait.
Ketiga instansi terkait penanganan HIV/AIDS yaitu Dinas Kesehatan, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Nyoman Suteja didampingi Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dr Ketut Subrata di Denpasar, Kamis.
Dikatakan, ketiga instansi terkait itu kini lebih memantapkan penyuluhan kepada masyarakat, termasuk daerah pedesaan, dengan harapan masyarakat mampu menghindari tindakan dan prilaku yang beresiko tinggi itu.
Dalam penyuluhan oleh ketiga instansi itu juga menggandeng tokoh masyarakat dan tokoh agama, dengan harapan masyarakat menyadari prilaku seks yang menyimpang, pasangan yang berganti-ganti, salah satu penyebab utama terjadinya penularan HIV/AIDS.
Nyoman Suteja menambahkan, virus HIV penyebab AIDS menyerang sebagian besar usia produktif di Bali, yakni mencapai 79,88 persen dari pengidap virus hilangnya kekebalan daya tubuh tersebut yang mencapai 4.314 kasus.
Usia produktif antara umur 20-29 tahun yang terjangkit HIV/AIDS sebanyak 1.932 orang (44,78 persen) dan usia 30-39 tahun 1.514 orang (35,10 persen), sehingga total penderita mencapai 79,88 persen.
Ia menjelaskan, penderita hilangnya kekebalan daya tubuh usia 20-29 persen yang menempati persentase tertinggi itu terdiri atas AIDS 769 orang meliputi laki-laki 577 orang dan perempuan 192 orang. Sementara penderita HIV 1.163 orang meliputi laki-laki 652 orang dan perempuan 511 orang.
Demikian pula usia 30-39 tahun mencapai 1.514 orang yang meliputi AIDS 851 kasus terdiri atas laki-laki 705 orang dan perempuan 146 orang, serta HIV 663 kasus (laki-laki 417 orang dan perempuan 246 orang).
Penyakit HIV/AIDS yang telah menyebar ke delapan kabupaten dan satu kota di Bali juga tercatat menyerang usia di bawah satu tahun sebanyak 39 kasus (0,90 persen).
Usia satu hingga empat tahun sebanyak 75 kasus (1,74 persen), usia 5-14 tahun sembilan kasus (0,21 persen) dan usia 15-19 tahun 93 kasus (2,16 persen).
Selain itu juga penderita usia 50-59 tahun sebanyak 142 kasus (3,29 persen) dan usia 60 tahun ke atas 27 kasus (0,63 persen), ujar Suteja. (*)