Pura Agung Besakih di lereng kaki Gunung Agung, sekitar 85 km timur Denpasar itu terdiri atas 16 kompleks pura yang menjadi satu-kesatuan tak terpisah satu sama lain.
Tempat itu memiliki arti penting bagi kehidupan keagamaan umat Hindu, yang dianut sebagian besar masyarakat Pulau Dewata.
Keunikan, kesakralan, dan menawannya kawasan Besakih menjadi sasaran kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara saat menikmati liburan di Pulau Dewata, kata Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa ketika mendampingi Menteri Pariwisata Arief Yahya mengunjungi Pura Besakih, Kamis (5/10).
Menteri Arief Yahya saat itu menyaksikan ritual "Puja Bhakti Purnama Kapat" yang berlangsung selama 3 hari sekaligus "ngaturang" ritual "Guru Piduka" (permohonan maaf) ke Gunung Agung.
Kawasan suci Pura Besakih dan kawasan Tulamben di Kecamatan Rendang elama ini paling ramai dikunjungi wisatawan yang mampu memberikan kontribusi besar untuk menopang perkembangan sektor pariwisata di Bali timur itu kini masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB).
Puluhan objek wisata dan kawasan wisata lainnya di Kabupaten Karangasem menurut Wabup I Wayan Artha Dipa hingga kini masih siap menerima kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sejak Jumat (22/9) telah meningkatkan status Gunung Agung dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV) atau telah memasuki hari ke-14.
Dengan demikian, wilayah steril yang semula radius 6 kilometer dari puncak gunung itu diperluas menjadi 9 kilometer, serta ditambah perluasan wilayah sektoral yang semula 7,5 kilometer menjadi 12 kilometer ke arah utara, timur laut, tenggara, dan selatan-barat daya sehingga kawasan suci itu masuk dalam radius berbahaya.
Dengan demikian, kawasan suci Pura Besakih masuk dalam radius wilayah berbahaya yang harus dikosongkan. Namun, para pemangku selama ini secara bergantian dengan didampingi petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tetap melaksanakan persembahyangan di tempat suci terbesar di Pulau Dewata itu.
Demikian pula, kegiatan ritual berskala besar secara berkesinambungan setiap bulan Puranama Kapat (purnama keempat menurut kalender Bali) yang jatuh pada hari Kamis (5/10).
Akan tetapi, kegiatan ritual tersebut kali ini secara khidmat dan sederhana tanpa mengurangi makna yang terkandung di dalamnya. Kegiatan ini hanya melibatkan petugas adat dan pemangku lokal di Desa Pekraman Besakih.
Ritual piodalan purnama kapat di Pura Besakih menurut seorang tokoh masyarakat setempat I Gusti Mangku Jana merupakan bagian dari ritual "Loka Phala" yakni untuk menstabilkan alam semesta baik secara mikro (manusia) dan makro (dunia).
Berintegrasi
Menteri Pariwisata Arief Yahya yang juga didampingi Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dalam peninjauan ke Pura Besakih itu sempat berinteraksi dengan prajuru desa adat dan pemangku yang tengah menggelar kegiatan ritual.
Pura Besakih sebagai tempat beristananya para dewa yang dimuliakan masyarakat Bali sekaligus mempunyai arti penting bagi kehidupan keagamaan umat Hindu.
Pura yang mempunyai fungsi paling penting di antara tempat suci di Bali menyimpan ketenangan dan kedamaian, konon fondasinya dibangun Rsi Markandeya dari India pada zaman pemerintahan Raja Sri Udayana Warmadewa (1007 Masehi).
Menteri Arief Yahya yang didampingi Wabup I Wayan Artha Dipa dan Cok Ace sempat berkeliling di sekitar Pura Besakih yang selama ini memiliki peranan dan fungsi yang istimewa, antara lain, sebagai Pura "Rwa Bhineda", "Sad Kahyangan", "Padma Bhuana", dan pusat dari segala kegiatan upacara keagamaan.
Dalam kunjungannya itu, juga sempat berdialog dengan wisatawan mancanegara yang ditemuinya di pelataran pura yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Agung.
"Kehadiran saya di sini (Besakih) ingin menunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa Bali tetap aman untuk dikunjungi," ujar Menteri Arief Yahya.
Ia mengharapkan wisatawan dalam menikmati liburan di Pulau Dewata tetap tenang dan nyaman karena pemerintah Indonesia dan Pemprov Bali telah menyiapkan berbagai opsi terkait dengan kondisi terburuk jika Gunung Agung meletus. Tiga opsi yang akan diambil, yakni terkait dengan akses, akomodasi, dan atraksi.
Untuk akses, segera berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan mengenai jalur evakuasi wisatawan ke berbagai wilayah di sekitar Bali, seperti Jawa dan Lombok, serta kesiagaan bus mengantisipasi jika Bandara Internasional Ngurah Rai ditutup total.
Demikian pula, sebanyak 300 bus siap siaga jika memang harus dialihkan ke Bandara Praya di Nusa Tenggara Barat (NTB) atau ke Juanda di Surabaya, Jawa Timur.
Demikian pula, atraksi jika seandainya wisatawan tidak bisa keluar Pulau Dewata dalam jangka waktu tertentu sehingga tetap nyaman tinggal di Bali disuguhkan berbagai atraksi seni dan budaya yang unik dan menarik.
Bencana alam, seperti gunung meletus, bisa terjadi di mana saja, termasuk wilayah yang memiliki objek wisata, sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan dan dibahas terlalu lama. Namun, bagaimana penanganan dan penanggulangan sesuai dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
Khidmat
Gubernur Bali Made Mangku Pastika bersama puluhan masyarakat setempat yang kembali dari tempat pengungsian melakukan persembahyangan secara khidmat di Pura Besakih, Kamis (5/10) pagi.
Purnama Kapat merupakan "piodalan" di Pura Besakih menjadi momentum untuk memohon keselamatan dan kedamaian umat manusia di dunia beserta seluruh isinya.
Persembahyangan yang berlangsung secara khusyuk itu sebagai wujud bakti kepada Tuhan di tengah keadaan yang terjadi saat ini, yakni ratusan ribu jiwa penduduk lereng Gunung Agung berada di pengungsian akibat aktivitas vulkanik gunung tertinggi di Bali itu.
"Meskipun wilayah ini (Besakih) masuk zona merah, dengan ketulusan hati mudah-mudahan Tuhan dapat mengabulkan apa yang kita doakan," ucap Gubernur Made Mangku Pastika.(WDY)