"Sebagian besar nelayan di pesisir wilayah kami merupakan nelayan kecil dengan pendapatan tidak menentu," kata Mujadi (45), salah satu nelayan di Kampung Baru, Sabtu.
Ia menuturkan, pihaknya belum menerima bantuan kartu asuransi nelayan karena memang belum terdata dan tidak pernah mendapatkan bantuan apapun sebelumnya.
Terlebih lagi, sebagian besar nelayan di kampung tersebut kadang nyambi atau mencari pekerjaan sambilan dikala sedang cuaca buruk untuk menyambung penghidupan.
"Kami kadang jarang melaut karena jumlah ikan sedikit sekali sekarang. Apalagi, kapal kami hanya kapal kecil saja dan tidak mampu berlayar terlalu jauh," terangnya.
Mujadi menambahkan, dalam sehari penghasilannya tak menentu, tergantung hasil tangkapan ikan. Kadang kala bisa sama sekali tidak ada pemasukan karena tidak ada ikan di laut pesisir di wilayah tersebut.
"Rata-rata dapat jual RP100 ribu setiap hari. Kalau lagi mujur. Kalau sedang musim tidak bagus bisa kosong sama sekali, terpaksa kerja sampingan," kata dia.
Kedepan, harapan besar nelayan di daerah itu bahwa pemerintah lebih memberikan perhatian kepada mereka yang benar benar miskin atau tidak mampu dan memerlukan bantuan.
"Harapan kami hanya itu saja. Mudah-mudahan didengar pemerintah," terangnya.
Sementara itu, data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, kartu asuransi nelayan di Pulau Dewata tersebar untuk para nelayan dari delapan kabupaten/kota yakni untuk nelayan di Kabupaten Badung (512), Tabanan (427), Jembrana (3.500), Buleleng (2.800), Karangasem (1.869), Klungkung (333), Gianyar (408), dan Kota Denpasar (367). (WDY)