Mangupura (Antara Bali) - Mewujudkan ketahanan pangan yang aman dan berkualitas menjadi salah satu program prioritas Pemerintah Kabupaten Badung, Bali.
Dalam upaya memenuhi ketersediaan bahan kebutuhan pokok, seperti padi, jagung, dan kedelai, pemkab setempat mengupayakan pengembangan industri pertanian.
Hal itu sejalan dengan program upaya khusus padi, jagung, dan kedelai (upsus pajali) pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian yang mendorong masing-masing daerah di Tanah Air menggenjot produksi pangan demi menjaga ketersediaan pangan dan menekan gejolak harga di pasaran.
Arahan positif dari pemerintah pusat itu, seirama dengan visi dan misi Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan wakilnya, I Ketut Suiasa, yang dituangkan dalam program lima skala priotitas, di antaranya menjaga ketersediaan pangan yang murah dan berkualitas.
Melihat potensi cukup besar yang dapat dikembangkan di Badung, pemerintah daerah setempat melirik kemajuan industri pertanian di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Pemkab Kudus dipandang telah berhasil memajukan dan mengembangkan ketahanan pangan yang aman, terjangkan, dan berkualitas.
"Saya sangat tercengang dengan apa yang telah dihasilkan Kabupaten Kudus dalam memajukan sektor pertaniannya," kata Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta.
Untuk menelusuri kemajuan industri pertanian di Kabupaten Kudus selama dua hari (17-18 April 2017), Pemerintah Kabupaten Badung bersama Kepala Dinas Pertanian dan Pangan setempat beserta awak media, melakukan lawatan ke daerah itu dalam kegiatan Pekan Informasi Pembangunan (PIP).
Dalam lawatan itu, Bupati Giri Prasta diterima Sekertaris Daerah Kabupaten Kudus Noor Yasin yang kemudian menyambangi tempat penyimpanan hasil pertanian para petani di dalam ruang "Controller Atmosphere Storage" (CAS) atau ruang kontrol udara yang dibuat PT Pura Barutama Unit Teknologi.
Giri Prasta yang juga mantan Ketua DPRD Badung itu kagum dan ingin mengembangkan industri pertanian dengan menggunakan CAS di daerahnya, seperti dilakukan Pemkab Kudus.
Tujuannya, memacu petani di Badung agar bangga menjadi petani dan dapat menjadi motor penggerak dalam mendukung program pemerintah daerah.
Ruang penyimpanan produksi pertanian terbesar di "Kota Kretek" itu, tergolong canggih sehingga Pemkab Badung berencana memesan alat tersebut untuk dikembangkan di daerahnya.
Hasil pertanian di Badung diharapkan dapat disimpan selama kurun waktu berbulan-bulan dan didistribusikan saat harga barang melonjak di pasaran.
Ketertarikan Giri Prasta dengan CAS setelah mendapat penjelasan secara gamblang dari Vice Plant Manager CAS Agung Subani.
Ketika itu, diterangkan bahwa satu unit CAS mampu menyimpan 25 ton hasil pangan selama enam bulan, tanpa mengurangi kualitas pangan.
Keunggulan lainnya, faktor hilang susut bobot komoditas sangat minim, yaitu kurang dari 10 persen dan kualitas serta kesegaran produksi lebih terjaga.
"Yang terpenting, alat ini dapat menjaga ketersediaan pangan di Kudus," ujar Agung Subani.
Alat CAS juga memiliki teknologi paling mutakhir dengan memadukan teknologi pendingin, pengontrol RH, dan pengontrol atmosfer. Teknologi CAS, meliputi "storage room" yang berfungsi sebagai "insulation panel" setebal 10 centimeter yang dilengkapi pintu dan jendela instal.
Mesin CAS juga dilengkapi refrigerator sebagai pengendali temperatur "storage room" dan alat humidifier sebagai pengendali kelembaban "storage room", dan atmosfer kontrol yang berfungsi sebagai pengendali atmosfer agar terjadi dormansi atau mati suri.
"Kendala yang dihadapi petani saat produksi meningkat adalah kurangnya tempat penyimpanan hasil panen," katanya.
Alat itu menjadi solusi pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan. Apabila produksi pertanian disimpan di tempat itu, dapat dikeluarkan kapan saja dan sesuai kebutuhan.
Oleh karena itu, alat CAS bermanfaat dalam menjaga ketersediaan hasil pangan saat produksi pertanian berlimpah. Namun, saat tidak adanya produksi makanan, maka secara otomatis akan menjadi cadangan, sehingga tidak ada istilah kekurangan produk.
Beri Apresiasi
Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Badung Putu Alit Yandinata memberikan apresiasi terkait dengan rencana Bupati Giri Prasta dan wakilnya, Ketut Suiasa, mengembangkan industri pangan di daerah itu, untuk menjaga ketahanan pangan agar tetap tersedia dengan harga terjangkau.
Upaya itu dinilai tepat karena selama ini produksi pertanian di Badung berlimpah. Produksi yang berlimpah perlu adanya langkah nyata pemerintah dalam pengelolaan kebutuhan pangan untuk masyarakat dan membuat petani menjadi sejahtera.
Alit Yandinata juga tetap mengawal pelaksanaan program pemerintah dalam pengembangan industri pariwisata di daerah itu, yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani dan menjaga ketahanan pangan.
Hal itu juga sejalan dengan program Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) dari pemerintah pusat.
"Program Badung yang bertujuan baik untuk masyarakat kami dukungan dan kawal sepenuhnya," kata Yandinata yang juga hadir dalam kegiatan Pekan Informasi Pembangunan (PIP) di Kabupaten Kudus, beberapa waktu lalu.
Pihaknya juga mendukung visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Badung yang ingin membuat petani bangga menjadi petani dan menjaga ketahanan pangan di daerah itu agar kualitasnya baik, aman, dan harganya terjangkau.
Politikus PDI Perjuangan itu, menilai sentuhan teknologi pertanian sebagai hal yang penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
"Terkait anggaran, untuk pembelian `cold storage` yang fungsinya untuk menyetok hasil produksi para petani di Badung, kami di legislatif siap mengawal," ujarnya.
Pemkab Badung dipastikan mampu membeli "cold storage" tersebut untuk kebutuhan para petani saat panen raya, agar panenan mereka disimpan dengan baik di ruang pendingin.
Alit mengakui Pendapat Asli Daerah (PAD) Badung diperoleh dari sektor pariwisata. Namun, pariwisata tidak bisa terlepas dari pertanian, karena pertanian berperan besar pada pariwisata di daerah tersebut
Hal senada dikatakan anggota Komisi IV DPRD Badung Ida Bagus Sunartha. Ia menilai program itu harus didukung oleh semua pihak, tidak hanya legislatif.
"Ini merupakan program prestisius untuk petani Badung ke depannya. Kami siap mendukung," ujarnya.
Bupati Badung Giri Prasta juga mengharapkan dukungan dari DPRD Badung dalam mengembangkan industri pertanian sehingga hasil pertanian saat panen raya dapat disimpan untuk jangka waktu lebih lama.
Oleh karena itu, Pemkab Badung memberikan perhatian penuh kepada petani dan pertanian dari hulu, tengah, hingga hilir.
Kunjungan ke lokasi industri pertanian di Kudus sebagai upaya pembanding untuk memajukan sektor pertanian di Badung.
Pada sektor hulu pertanian di Badung, Giri Prasta memiliki program membantu penyiapan bibit unggul serta pupuk.
Untuk bagian tengah, petani memperoleh bantuan teknologi guna meningkatkan produksi pertanian, sedangkan bagian hilir dengan menyiapkan pasar melalui aneka aplikasi dan lembaga Unit Pengelola Pangan Daerah (UP2D).
Lembaga UP2D memiliki fungsi memantau harga kebutuhan pokok di pasaran, sedangkan pemerintah melalui UP2D akan membeli semua produk petani dan menjualnya di bawah harga pasar.
Sebaliknya, apabila harga kebutuhan pokok di atas harga pasar, maka keuntungan menjadi haknya petani.
Hal itu dilakukan dengan melihat luas lahan pertanian di Badung yang mencapai 33.000 hektare yang terbagi atas 10.000 hektare sawah dan 23.000 hektare kebun, maupun lahan kering yang saat ini masih produktif.
Luas lahan di Badung itu justru serupa dengan Kabupaten Kudus yang mencapai 30.381 hektare, terdiri atas 20.590 hektare sawah dan lahan pertanian bukan sawah 9.791 kektare, dengan potensi pangan daerah, berupa padi, jagung, dan kedelai.
Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus Noor Yasin menuturkan lahan pertanian itu menghasilkan holtikultura, meliputi jeruk pamelo, duku sumber, dan cabai merah, sedangkan sektor perkebunan Kabupaten Kudus terkenal dengan tanaman kopi dan tebu.
Keberhasilan produksi padi di Kudus didukung sarana penunjang produksi pertanian, seperti ketersediaan benih varietas unggul, aplikasi sistem jajar legowo, mekanisme sarana dan prasarana tanam mundur maupun tanam maju. (WDY)